Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengambil Makna dari Sisa Gempa di Lombok Utara

4 September 2019   00:00 Diperbarui: 6 September 2019   06:13 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun lalu bencana gempa mengguncang Lombok, lebih-lebih Lombok bagian utara yang memporakporandakan bangunan dan rumah penduduk. Hampir semua rumah rusak parah dan roboh akibat getaran berkekuatan 7.0 Mw tersebut.

Penasaran ingin melihat kondisi salah satu dusun yang terkena gempa, saya pun menyempatkan bertandang ke Dusun Setangi. Salah satu wilayah di Kelurahan Malaka, Kecamatan Pemenang, KLU.

Sesampainya di lokasi saya ditemani salah satu warga melihat kondisi rumah penduduk setahun pasca gempa, tersentak batin saya melihatnya. Sisa-sisa puing reruntuhan masih terlihat dan ada yang rata dengan tanah. Saat kejadian gempa masyarakat lari menyelamatkan diri ke bukit, karena Dusun Setangi ini memang diapit pantai dan gunung.

Rumah warga rata dengan tanah (Dokumen Pribadi)
Rumah warga rata dengan tanah (Dokumen Pribadi)
"Waktu itu kami lari ke bukit menyelamatkan diri, kami tak sempat membawa barang apapun hanya pakaian yang di badan", ungkap Pak Sayuti salah satu warga Setangi.

Sampai sekarang banyak masyarakat yang masih tinggal di tenda-tenda alakadarnya sembari menunggu rumah bantuan dari pemerintah selesai dibangun, yang mana pembangunanya sistem swakelola yaitu masyarakat bekerja sendiri dengan rancangan konstruksi rumah dari Kementerian PUPR.

Tenda alakadarnya untuk tinggal (Dokumen Pribadi)
Tenda alakadarnya untuk tinggal (Dokumen Pribadi)
Rancangan rumah dari kementerian PUPR (Dokumen Pribadi)
Rancangan rumah dari kementerian PUPR (Dokumen Pribadi)
Duka dan trauma belum sepenuh hilang dari ingatan warga, namun aktivitas dan rutinitas penduduk sudah mulai kembali normal seperti biasa. Saya tak pernah membayangkan bahwa dusun yang sembilan tahun lalu pernah saya tinggali ini porak-poranda diguncang gempa.

Rumah tempat saya kost sembilan tahun lalu telah roboh dan hancur (Dokumen Pribadi)
Rumah tempat saya kost sembilan tahun lalu telah roboh dan hancur (Dokumen Pribadi)
Hanya ada beberapa bangunan yang mengalami rusak ringan dan masih aman digunakan, salah satunya masjid dusun Setangi yang masih kokoh dan aman digunakan warga untuk beribadah. 

Masjid Setangi (Dokumen Pribadi)
Masjid Setangi (Dokumen Pribadi)
Masjid dusun setangi ini baru beberapa tahun direnovasi, semasa saya tinggal disini dulu masih bangunan yang lama. 

Dinding bagian dalam masjid yang retak (Dokumen Pribadi)
Dinding bagian dalam masjid yang retak (Dokumen Pribadi)
Selalu ada pesan dalam setiap kejadian

Setidaknya peristiwa ini memberikan pelajaran hidup yang besar bagi saya. Apa yang kita kumpulkan dalam hitungan puluhan tahun bisa saja hilang dalam sekejap tanpa terduga. Betapa sebenarnya manusia tiada berdaya dan tidak punya apa-apa.

Inilah alasan saya suka bepergian sendiri, bukan mencari kesenangan semata melainkan mencari pengalaman dan mengambil pelajaran bidup dari apapun, termasuk dari dusun yang pernah saya tinggali ini. Bukan juga masalah destinasi namun momen untuk kontemplasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun