Traveling, siapa sih yang tidak ingin?
Siapapun pasti senang dengan yang namanya jalan-jalan, apalagi ke destinasi  yang sudah lama kita impikan. Namun, tak sedikit sebagian orang menganggap traveling itu sebagai pemborosan. Nah, di sini saya akan mengulas sedikit tentang manfaat jalan-jalan, salah satunya adalah bisa menumbuhkan rasa empati. Lho, kok bisa?
Tidak saja menikmati kesenangan membayangkan mencapai tujuan, terlebih ke tempat yang sebelumnya belum pernah kita kunjungi. Tak masalah pergi ke tempat yang jauh atau dekat. Walau hanya menyusuri sudut kota atau ke pelosok pedesaan, karena yang terpenting selain hiburan, mengasah kepekaan, juga akan menambah wawasan.
Sesekali menjadi solo traveler sebenarnya sangat baik untuk diri kita, bukan hanya masalah impian destinasi namun juga bisa menjadi momen untuk relaksasi. Karena vertikalisasi akal dan hati bisa terjadi ketika manusia dalam keadaan sendiri. Akan banyak tanya dalam hati ketika Anda melakukan perjalanan sendiri.Â
Banyak fenomena yang sering luput dari perhatian kala kita bepergian bersama rombongan, karena banyak sendau-gurau bersama teman yang tak sadar mengalihkan pengamatan-pengamatan kita ke suatu kejadian untuk bisa kita jadikan pelajaran.
Pada saat-saat itulah sebenarnya kita diberikan materi pelajaran walau secara implisit. Dengan kepekaan dan perenungan Anda akan mampu menangkap pesan yang mereka sampaikan dan akan terbesit rasa empati dalam hati.
Selama ini kita sering menganggap kegiatan jalan-jalan tak lebih hanya berwisata dan bersuka-cita. Mungkin dari itu sebagian orang berasumsi traveling hanya pemborosan anggaran.
Dan, mungkin selama ini kita luput memanfaatkan sesekali momen perjalanan sebagai ajang pembelajaran. Apa yang sebenarnya perlu kita ingat dan dicatat, namun sayangnya hanya menjadi hal yang begitu saja lewat.
Perasaan peka dan empati yang jarang muncul dari dalam diri ketika hidup hanyalah serangkaian aktivitas rutin yang didikte oleh kebiasaan yang terulang setiap hari, berlangsung dalam gerak yang sama, dan selalu berjumpa dengan orang-orang yang sama.
Dalam hal ini kita tak sadar menjadi buta dengan berbagai hal di sekeliling kita, kebal terhadap fenomena-fenomena, dan tak lagi  mampu melihat dan mengapresiasi keindahan serta keunikan-keunikan di sekitar kita. Indra kita seolah dengan mudah tumpul dan tak lagi berfungsi manakala terpapar pada hal-hal yang sama, apakah itu bunyi, pemandangan, bebauan, dan rasa.