Masalah motivasi dalam belajar adalah masalah yang umum dihadapi oleh kebanyakan siswa di sekolah, tidak terkecuali disekolah kami, SMAN 1 Malangke, Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Sekolah yang terletak di kecamatan Malangke ini adalah SMA pertama yang ada di kecamatan tersebut yang mana dulu merupakan kelas jauh dari SMAN 1 Sukamaju, Luwu Utara. Siswa-siswi disekolah tersebut berasal dari berbagi suku, ada suku luwu, toraja, enrekang, duri, jawa, bali, dan lain-lain. Secara ekonomi anak-anak disekolah kami adalah golongan menengah ke bawah, sehingga kebiasaan mereka pergi ke kebun setelah pulang sekolah adalah kegiatan setiap harinya mereka lakukan. Hal ini yang kemungkinan besar memunculkan sikap anak-anak  lebih suka bekerja yang melibatkan fisik dari pada pikirannya. Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah kami tidak jauh beda dengan sekolah lain, masuk jam 07.30 dan pulangnya jam 14.00, tetapi semangat anak-anak untuk belajar terutama pelajaran matematika yang masih sangat harus ditingkatkan. Komunitas belajar berkelompok siswa harus dibudayakan, perpustakaan harus dimanfaatkan, dan sumber alam bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran. Sebagai guru, pernah suatu kali saya paksakan anak-anak untuk belajar dengan cara membaca dan memahami materi serta kemudian mengerjakan latihan soal tetapi hal ini tidak berhasil, membacanya materinya bisa tetapi ketika diminta mengungkapkan kembali apa yang dia baca dengan bahasanya sendiri ternyata belum bisa. Hal ini menantang saya untuk menggali lebih dalam lagi apa yang membuat anak-anak kurang termotivasi dalam belajar? kemungkinan besarnya  adalah pembelajaran matematika  selama ini yang ada dipikiran siswa  bahwa matematika itu sulit, gurunya galak, pembelajarannya serius,  ilmu tentang angka dan lain-lain. Walaupun sebenarnya matematika itu sudah dipelajari mulai tingkat sekolah dasar tapi di tingkat sekolah menengah atas pun kadang banyak materi yang harus di ulangi lagi. Hal ini tentu menghambat guru untuk menyampaikan materi matematika di tingkat SMA itu sendiri karena bagaimanapun mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang berjenjang mulai tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Hal ini membuat saya berpikir bagaimana caranya anak-anak mau membuka kembali buku matematikanya di sd dan smp dulu sehingga sambil jalan juga dapat menerima materi SMA di sekolah di tidak bisa dipungkiri bahwa dari sekian banyak siswa yang ada, hanya beberapa yang menggemari pembelajaran matematika di kelas. Sehingga muncul bagaimana cara membuat pembelajaran matematika lebih mudah dipahami siswa dan tentunya siswa juga senang dengan matematika itu sendiri. salah satu yang saya coba adalah dengan menganggap siswa sebagai sahabat dalam belajar. Hal ini sangat menuntut kreatifitas guru untuk dapat menstimulus pikiran siswa supaya juga aktif dalam pembelajaran dan tentunya mau bertanya jika memang belum mengerti terhadap materi yang dipelajari. Dengan anggapan ini semuga siswa termotivasi dan tidak ada pembatas antara guru dan siswa sehingga terjadi interaksi yang berkualitas antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar.
mohon masukannya ...sulit sekali rasanya menulis di kompasiana dengan gaya tulisan yang hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H