Dahulu kala di sebuah negeri bernama Floyano, berdirilah sebuah kerajaan kelinci dengan rajanya yang bernama Raja Dengker. Kehidupan kelinci di Negeri Floyano sangat bahagia. Tidak ada rakyat yang kesusahan, semua kelinci hidup sebagai pedagang, petani, guru, pelayanan istana, prajurit, dll.
Raja Dengker selalu memperhatikan kehidupan rakyatnya. Setiap sore hari, ia selalu keluar istana dan mengelilingi negeri ini dengan mobil terbang yang dibuatkan Mister Pitter khusus untuk raja. Mister Pitter adalah seorang ilmuan yang sering menciptakan alat-alat multi fungsi. Sudah ribuan alat yang ia ciptakan, salah satunya adalah mobil terbang yang dipakai raja. Raja sangat senang dengan mobil terbangnya, karena itu mempermudahkannya untuk mengelilingi negeri. Sebelumnya, ia hanya berkeliling dengan mobil biasa yang tidak bisa terbang.
“wah, negeriku yang indah. Betapa bahagia aku memimpin negeri yang sangat subur dan rakyat yang makmur,” ujar sang raja saat ia melihat Negeri Floyano dari langit.
“maaf yang mulia, tapi saya dengar, ada kelinci tua yang hidupnya sangat kesusahan,” prajurit yang mengendarai mobil terbangpun bicara kepada raja.
“kau tak salah ucap? Semua kelinci hidup dengan layak di negeriku. Tak ada yang menindas, tak ada yang membunuh atau mencuri, semua tanaman dapat tumbuh subur, sungai-sungai tak pernah kering, bagaimana bisa kau bilang begitu?” jawab raja tak percaya.
“hamba, Tuanku. Kemarin saya bertemu Mister Pitter, ia berkata bahwa ada kelinci di perbukitan yang hidup kesusahan. Setiap hari selalu kelaparan karena rumahnya yang sngat jauh dengan kota. ia tak bisa menanam, karena bukit itu bukit batu. Ia tak bisa ke sungai, karena ia harus berjalan lima kilometer untuk melihat sungai. Ia sudah sekarat,” prajurit menjelaskan.
“bawa aku kesana!” raja meminta prajurit untuk terbang menuju bukit dimana kelinci tua tinggal.
Sudah terlihat rumah kelinci tua yang malang. Rumahnya terbuat dari anyaman batang bamboo dan beratap lontar. Raja segera turun dan mengetuk pintu.
“tok tok tok..”
“ya, tunggu sebentar” terdengar suara renta yang muncul dari dalam rumah.
Setelah membukakan pintu, kelinci tua sangat kaget, karena Raja Dengker datang mengunjunginya. Kelinci tua sangat bersyukur dan merasa terhormat karena raja sudi menemuinya. Ia sudah menceritakan semua penderitaannya, sehingga raja menjadi iba. Raja memutuskan untuk membawa kelinci tua ke Istana, agar hidupnya bisa terjamin. Kelinci tua menyetujui ajakan raja dan mengucap terimakasih yang tak henti-hentinya. Sore itu juga, kelinci tua berangkat ke Istana bersama raja.
*
“selamat datang di Istanaku, anggap saja rumah sendiri” kata raja kepada kelinci tua.
“terimakasih raja, semoga Dewa memberkatimu” ucap kelinci tua.
Kelinci tua diberi kamar yang sangat luas, dia dibebaskan untuk meminta apapun kepada pelayan. Buah-buahan, sayuran, dan jamuan makanan lainnya yang ia suka. Raja memaklumi kelakuannya, karena tubuhnya yang sangat kurus sudah mewakilinya untuk berkata bahwa dia belum pernah makan seenak sekarang.
Hari demi hari berlalu, hingga akhirnya kelinci tua sudah menjadi gendut karena selama ini yang ia lakukan hanyalah makan. Ia tak pernah berhenti makan, padahal sudah di peringatkan oleh raja. Raja jadi heran, tapi ia tak pernah marah atau mengusir kelinci tua.
Di suatu pagi, kelinci tua memanggil pelayan dan minta dibuatkan es kelapa muda. Pelayan sudah kualahan dengan tingkah kelinci tua. pelayan menolak perintahnya dan meminta kelinci tua untuk mengambil sendiri di kebun.
“seharusnya kau tahu, bagaimana susahnya menngunduh kelapa. Pohon itu sangat tinggi, aku tak sanggup,” kata pelayan.
“baiklah, akan kutunjukkan bagaimana mudahnya memanjat pohon kelapa!” jawab kelinci tua dengan geram.
Kelinci tua berjalan ke kebun dan mendapati betapa tingginya pohon kelapa. Ia agak kesusahan dengan tubuhnya yang sangat gendut. Kelinci tua mencoba memanjat berkali-kali tapi selalu gagal dan gagal lagi. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengunduh kelapa dengan galah yang di ujungnya sudah diikat dengan arit. Saat mengarahkan galah itu untuk mengunduh kelapa, arit yang diikatkannya ternyata kendor. Arit itu jatuh tepat di punggung kanan kelinci tua. kelinci tua yang malang, ia mati karena kehabisan darah. Pagi itu juga, diadakan upacara pemakaman untuk kelinci tua. Kini semua kelinci di Negeri Floyano hidup dengan makmur dan tidak ada yang semaunya sendiri.
Ruri Putri Kriswanto. Siswa kelas XI SMA N 1 Klaten. Menulis di www.ruriputri.wordpress.com dan aktif belajar menulis bersama Komunitas Penulis Anak Klaten.~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H