Sudah tidak asing lagi istilah GSM ditelinga kami para pengajar. Gerakan Sekolah Menyenangkan menciptakan budaya belajar yang kritis, kreatif, mandiri dan menyenangkan. Belajar tidak lagi harus melulu duduk diam di kelas mendengarkan penjelasan guru.
Dalam pembelajaran versi GSM, sekolah diubah menjadi tempat yang menyenangkan untuk peserta didik belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup agar mereka memiliki bekal keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui GSM, peserta didik tidak lagi bosan berada di sekolah, mereka justru betah berlama-lama di sekolah untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang dikemas sangat menyenangkan.
Namun demikian, tidak hanya peserta didik yang diharapkan mampu berfikir kritis, kreatif dan menyenangkan, tetapi gurulah yang harus pertama kali memiliki sifat tersebut. Guru yang kreatif akan menciptakan  pembelajaran yang menitik beratkan kepada pemahaman peserta didik. Mengajar tidak lagi hanya sekedar mentransfer ilmu yang dimiliki guru kepada peserta didiknya.
Menurut Muhammad Nur Rizal pendiri GSM, pembelajaran daring selama pandemi justru menciptakan jarak peserta didik dari keseharian keluarga. Anak-anak dan orangtua justru tidak membangun kedekatan melainkan sibuk dengan materi yang tidak kontekstual.
Yang terjadi saat ini kebanyakan guru memindahkan beban belajar di sekolah ke rumah. Tidak jarang ada peserta didik yang tidak mengerjakan tugasnya.
Dalam pembelajaran ala GSM, karakter dan lifeskill justru yang harus dibangun dan dikembangkan dalam pembelajaran selama pandemi ini. "Tangguh bersama keluarga", kegiatan pembelajaran menyenangkan tidak hanya melibatkan peserta diidk tetapi juga peran orangtua peserta didik.Â
Tugas yang diberikan guru dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik tidak terasa telah menyelesaikan tanggungjawab mereka. Kombinasi antara ilmu pengetahuan dan keterampilan sangat terasa dalam kegiatan pembelajaran ala GSM.
Sebagai contoh, pembelajaran untuk kelas 3 tentang pecahan. Peserta didik diminta membuat contoh pecahan dengan media makanan yanag mereka buat sendiri. MIsalnya, anak membuat telur dadar berbentuk lingkaran, kemudian telur harus dibagi ke semua anggota keluarga mereka. Berapa bagian yang diterima masing-masing anggota keluarga?
Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan tersebut, peserta didik harus melewati tahap membuat telur dadar terlebih dahulu. Tanpa disadari, anak telah berlatih memasak sekaligus belajar matematika. Dan masih banyak contoh kegiatan GSM yang sangat menarik jika diterapkan di masa pandemi ini.
GSM bisa menjadi solusi mengatasi rasa bosan peserta didik yang belajar dirumah. Tidak hanya itu, lifeskill anak akan terasah sedikit demi sedikit sehingga harapannya nanti anak-anak memiliki keterampilan dan katakter yang baik untuk menghadapi kerasnya kehidupan yang sebenarnya.