Satu tayangan di televisi bikin saya terperangah. Terperangah mungkin terlalu berlebihan, "terkesan abis" tepatnya. Andai "a a a aku jadi orang kaya", aku sudah langsung cari waktu, bikin visa, lalu terbang ke sana, ke Inakadate. Tapi sebagai orang kaya, visa elektronik saja mah pasti punya, jadi tak perlu bikin visa.
Inakadate. Ini pasti satu tempat di Timur Tengah? Tentu bukan say... ini Jepang. Dan jelas sudah "a a a aku bukan orang kaya", tapi aku cukup berutung punya kuota untuk "terbang" ke sana, menuruti rasa penasaran; terbang menggunakan "maskapai" Google Earth :D Kasihan nggak sih akuh?
Sesampainya di Inakadate, hanya dalam hitungan detik, saya tak kalah terpukau jika dibanding saat melihat di televisi. Seni menggambar di lahan persawahan ini benar-benar ada di sana.
Sayangnya apa yang terlihat via Google Earth tidak dalam skala nyata. Gambar terlihat gepeng, meskipun jernih sekali, nyaris seperti benar-benar sedang terbang di atasnya. Kondisi ini berbeda jika "jalan-jalan" di atas kota-kota di Indonesia: buram. Akibat polusikah?
Etapi jangan salah. Biar kaya rayanya sepuluh tanjakan pun, jika pergi ke sana hari ini, terbang betulan maksudnya, kita tak bakal menemukan seni gambar di persawahan ini yang sedang digelar.
Di lahan sama boleh jadi masih ada sisa-sisa kesenian sejenis, tapi bukan dari padi melainkan salju. Namun ini pun musim kunjungannya telah berakhir, yakni 9-12 Februari lalu. Di luar musim tanam padi, seni karya seniman lokal ini kadang malah dibuat dengan menggunakan media batu.
Inakadate adalah nama satu tempat di Prefektur Aomori, Jepang, yang karena seni gambar padi ini berhasil mengundang wisatawan, lalu secara berkala membuat lagi gambar-gambar lain di ladang persawahannya.
Demi itu, pengelolanya kini membangun satu bangunan tinggi yang disebut observatorium deck agar pengunjung bisa melihat keindahan seni ini. Mereka juga menyediakan angkutan menuju lokasi karena Inakadate tergolong desa terpencil.
Seni Tanbo dilakukan di musim tanam padi karena media yang digunakannya adalah tanaman padi. Tanbo artinya ya padi beras. Dilansir situs BBC, mereka menggunakan 12 varietas padi yang memiliki warna berbeda-beda, antara lain kuning, hijau, hingga ungu.
Tanbo Art Festival digelar pada setiap musim panas, yakni setiap Juni sampai Oktober. Dikutip dari en-aomori.com, seni Tanbo dimulai pada 1993. Gambar pertama yang dibuat adalah Gunung Iwaki, gunung yang menjadi pemandangan sehari-hari di Aomori.
Awalnya pembuatan seni Tanbo dilakukan warga lebih untuk menghargai tradisi kerja manual dalam budidaya padi. Maklum, Inakadate adalah desa yang kehidupan warganya tak lain selain bertanam padi.Â