Mohon tunggu...
Ruri Andayani
Ruri Andayani Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang penyintas kehidupan

Saya siapa yaa?

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Indonesia dalam Secangkir Americano ataupun Tubruk

22 Mei 2015   13:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, komoditas kopi mengalami peningkatan peminat/permintaan, dengan harga cukup menggiurkan, khususnya untuk jenis arabika. Suhud Darmawan, seorang yang mencoba melirik bisnis kopi, menyebutkan, dia memperoleh bahan baku biji kopi arabika dari petani kopi di Gambung, Ciwidey. Dengan bisnis yang masih bersifat rumahan, Suhud membeli biji kopi yang masih terbungkus kulit, menyangrai, dan menggiling sendiri, sehingga menghasilkan kopi dengan rasa arabika murni.

Menurutnya, peningkatan permintaan membuat banyak petani yang semula menanam teh, mengonversi lahannya ke kopi. Padahal dahulu kala lahan mereka juga pernah ditanami kopi sebelum teh. Mungkin ini juga yang, seperti dimaksud van der Put, membuat kualitas kopi Indonesia tidak stabil.

Kedai Asing Bikin Industri Lokal Berdenyut

Syukurlah, negeri sendiri kini mulai bisa mengapresiasi produk kopi sendiri sebelum semuanya diboyong ke luar negeri. Tak bisa dimungkiri, ada kontribusi dari bermunculannya kedai-kedai kopi asing di Indonesia yang menjual budaya minum “kopi tanpa ampas”. Satu kedai kopi asing yang bahkan telah sejak 1980-an menggunakan kopi Indonesia,tampaknya akan semakin masif menyerap kopi Indonesia, pasalnya kedai ini berencana membuka puluhan gerai lagi di Indonesia.

Apalagi kemudian kemunculannya kedai kopi asing ini juga telah memicu munculnya gaya hidup baru; nongkrong di kedai kopi. Hal ini telah memicu bertumbuhannya kedai-kedai kopi lokal bergaya kedai kopi asing, namun berharga lebih miring. Terlebih kemudian budaya ini juga tidak hanya tumbuh di kota-kota besar, melainkan juga mulai merambat ke kota kecil. Seorang ibu rumah tangga bernama Yayank S. Sahara dari Sidoarjo, misalnya, sukses membangun kedai kopi ala asing namun dengan harga kaki lima di kotanya.

Jika tren seperti ini terus berlangsung, industri kopi lokal dari hulu ke hilirmasih akan menyediakan pangsa pasar yang lebar bagi kopi-kopi produk sendiri. Kondisi ini tentu akan turut mempengaruhi kesejahteraan petani kopi Indonesia. Jika rasa kopi asal negeri sendiri bisa bersaing, kenapa pula harus menggunakan kopi impor. Jikapun kopi impor ada, mungkin lebih untuk kelengkapan dan variasi pilihan di satu kedai kopi.***

Sumber pendukung:

http://food.detik.com/read/2013/03/03/122649/2184291/294/negara-mana-yang-jual-kopi-starbucks-paling-mahal?d992202284

http://lifestyle.liputan6.com/read/2200655/negara-ini-penghasil-kopi-terbaik-di-dunia

http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/trend/13/03/17/mjtbbo-menikmati-kopi-lokal-di-kedai-asing).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun