Mohon tunggu...
Ruri Andayani
Ruri Andayani Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang penyintas kehidupan

Saya siapa yaa?

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jika Ada Arbutin Mengapa Harus Merkuri

13 Desember 2012   22:15 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seorang teman yang tinggal di Den Haag mengalami kondisi demam berkepanjangan. Meskipun penyakitnya belum terdiagnosis, dokter menemukan jejak pneumonia di paru-parunya. Akan tetapi, sang dokter “membiarkan” dia tetap demam berlama-lama. Tak ada resep antibiotik diberikan sesegera jika dokter di Indonesia yang meresepkannya.Katanya, para dokter itu terikat satu protokol.

Di Indonesia jangankan untuk penyakit-penyakit berat, untuk mengobati jerawat saja dokter tak sungkan meresepkan antibiotik. Obat ini juga bebas dibeli di apotek-apotek tanpa perlu resep dokter. Apakah Indonesia belum meratifikasi protokol yang sama seperti halnya Belanda? Entahlah.

Tak hanya antibiotik, berbagai bahan kimia berbahaya juga begitu bebas dan mudahnya diperjualbelikan hingga di toko-toko kimia umum yang ada di pasar-pasar di negeri ini. Tak heran jika bahan makanan begitu mudahnya dimanipulasi para pedagang dengan membubuhi borax atau formalin—bahan-bahan kimia bukan untuk makanan.

Hal sama juga terjadi pada produk kosmetik, termasuk produk pencerah/pemutih kulit. Bukan hal baru jika ada informasi yang menyebutkan bahwa banyak produk pemutih kulit ternyata mengandung bahan-bahan berbahaya seperti merkuri. Mengerikannya, bahan-bahan kimia ini di beberapa daerah di Indonesia dijual bebas di toko-toko kimia umum tersebut.

Seiring dengan itu, salon-salon dan klinik-klinik kecantikan pun banyak yang menjual produk pemutih hasil racikan sendiri tanpa label apalagi rekomendasi dari badan resmi, tanpa konsumen bisa mencari tahu juga mengenai kandungannya. Lagipula, konsumennya pun seperti tidak mau ambil pusing, yang penting penampilan menjadi lebih menarik secara instan.

Bukti penggunaan bahan-bahan berbahaya pada produk pemutih kulit, seperti halnya merkuri, terlihat dengan makin banyaknya perempuan yang mendadak berkulit lebih terang namun tampak memerah. Tak berapa lama, wajahnya bukannya tetap terang namun malah kian memerah seperti tomat mau matang, hingga akhirnya berujung seperti gosong. Merkuri memang bersifat mengiritasi kulit, tak ada bedanya dengan luka, sehingga tak heran jika berakhir dengan menghitam.

Apakah merkuri itu? Pertengahan 1950-an, pernah terjadi tragedi Minamata di Jepang. Ketika itu, ribuan penduduk di teluk Minamata, terjangkit penyakit-penyakit aneh akibat pencemaran laut oleh limbah industri yang mengandung merkuri. Bahan merkuri itu masuk ke tubuh lewat produk laut (ikan, kerang, dll) yang mereka konsumsi dalam kurun waktu tak memakan belasan tahun. Kasus serupa pernah tejadi di teluk Buyat, Sulawesi Utara. Dalam kurun 10 tahunan sejak tambang emas dibuka di sana, kasus penyakit aneh bermunculan di antara warga: kelumpuhan, pusing berkepanjangan, dan tentu saja penyakit kulit. Ya, kita tahu bahwa bahan yang digunakan untuk memisahkan unsur logam emas dari material-material lain yang tak penting adalah merkuri.

Merkuri di Indonesia dikenal dengan nama air raksa, suatu unsur logam yang sangat berat. Warnanya putih mengilap, mencair dan mudah menguap pada suhu kamar. Jadi, jangankan dengan mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri, menghisap uapnya secara intens pun seseorang bisa saja mengalami gagal ginjal. Bayangkan jika anak-anak terpapar uap merkuri dari kosmetik yang dipakai ibunya.

Ada beberapa ciri umum jika seseorang terpapar merkuri, antara lain adalah: sulit tidur, sakit kepala, sering kesemutan, karakter menjadi emosional, adanya ketidakseimbangan koordinasi antara otak dan organ tubuh, atau juga mengalami penurunan fungsi mental.

Merawat Kulit Wajah yang Aman

Semua produk pencerah dan pemutih kulit memang bersifat menghambat pembentukan melanin. Namun ada yang bekerja dengan cara alami, ada juga yang instan. Nah, yang instan inilah yang biasanya berbahaya dan bersifat mengiritasi kulit. Bahan-bahan lainnya yang banyak digunakan dalam produk pemutih kulit dan bersifat mengiritasi kulit selain merkuri, juga hydroquinone dan rhodamin, meskipun untuk hydroquinone masih ada negara yang membatasi kadarnya untuk kosmetik, yakni tidak boleh lebih dari dua persen.

Secara alami, zat pencerah kulit yang aman sebenarnya banyak terdapat pada bahan yang berasal dari tanaman, misalnya saja pepaya dan bengkuang. Bengkuang misalnya selain mengandung vitamin C juga mengandung flavonoid. Kedua senyawa ini bisa berperan sebagai tabir surya dan penghambat radikal bebas. Bengkuang juga mengandung zat yang bersifat menghambat pembentukan melanin dan pigmentasi.

Akan tetapi, tak banyak dari kita yang punya waktu luang untuk sengaja mengolah sendiri bahan-bahan alami tersebut. Selain itu, buatan sendiri biasanya hasilnya juga kurang maksimal. Akhirnya, paling-paling kita hanya melakukan perawatan standar, yakni mencuci muka saja menggunakan sabun khusus muka. Atau ada juga yang cukup membersihkan dengan toner dan milk cleanser. Namun perawatan yang standar, hasilnya juga biasanya standar--tak sanggup memudarkan pigmentasi.

Selain itu, banyak dari kita yang kulitnya tak bisa menerima perlakuan standar. Ada yang mengeluh gatal, kering, hingga berjerawat. Urusan membuat kulit menjadi lebih putih pun menjadi bukan prioritas lagi. Kalau sudah begini, kadang kita seperti gali lubang tutup lubang dalam merawat kulit. Gonta-ganti produk terus. Padahal mungkin sebenarnya perlakuannya sederhana saja, yakni melakukan perawatan bertahap dan rutin, syukur-syukur jika produknya sekaligus dapat mencerahkan kulit dan menghilangkan pigmentasi.

Beberapa produk kosmetik ada yang menawarkan produk prawatan kulit bertahap (series). Untuk memperoleh kulit wajah yang lebih cerah secara maksimal namun dengan cara sehat, perawatan bertahap tampaknya memang lebih bijaksana. Produk-produk yang memutihkan kulit secara cepat-instan, sudah jelas banyak yang mengandung bahan berbahaya seperti telah diulas di atas. Tahapan tersebut dilakukan agar kulit dapat menyerap atau memroses serum atau krim pencerah dengan lebih maksimal.

Di tengah kesibukan hidup, produk jadi tampaknya tetap menjadi pilihan praktis. Terlebih lagi produk-produk yang dijual umum ini bisa menawarkan bahan pencerah kulit yang sulit kita dapatkan, misalnya saja untuk mendapatkan manfaat arbutin dari tanaman berry-berry-an (bearberry, cranberry, mulberry, atau blueberry). Arbutin, meskipun senyawanya masih turunan hydroquinone, memang menjadi solusi pencerah kulit yang aman karena bersifat natural whitening agent. Wah, syukurlan ternyata ada arbutin sebagai alternatif pencerah kulit yang alami.

Bentuk murni dari arbutin antara lain adalah alpha arbutin. Alpha arbutin dianggap lebih ampuh untuk mencerahkan kulit, karena dapat menghambat aktivitas enzim tyrosinase (enzim penyebab proses pembentukan melanin kulit) dengan lebih efektif tanpa efek samping. Alpha arbutin pada beberapa merk kosmetik bahkan diklaim sebagai agen anti aging, yakni dapat menstimulasi produksi kolagen sehingga menghambat proses penuaan dini dan meningkatkan kehalusan kulit, selain juga mengandung anti inflammatory yang bersifat anti peradangan dan efektif mencegah iritasi pada kulit.

Tahapan perawatan kulit yang disarankan adalah, sebelum memulai aktivitas sebaiknya menggunakan  produk day cream yang bersifat melembabkan dan melindungi di lapisan epidermis bagian atas. Lebih baik lagi jika krim harian tersebut memiliki kandungan SPF 25, yang dapat melindungi kulit dari efek sinar UV A (kulit gelap) dan UV B (kulit terbakar), sehingga dapat mengurangi dan mencegah hiper-pigmentasi. Pada malam hari, setelah membersihkan muka sebelum tidur, gunakan krim malam yang sifatnya  menutrisi permukaan kulit epidermis bagian atas ketika kita tidur.

Tip Memilih Produk Pencerah Kulit

Di pasaran saat ini begitu banyak produsen yang menawarkan produk pencerah/pemutih kulit. Ada yang aktif beriklan di media masa, ada juga yang berhasil menawarkan melalui jaringan multilevel marketing, tapi ada juga yang informasinya beredar dari mulut ke mulut. Apapun mereknya dan siapa pun produsennya, pastikan poin-poin berikut ini minimal terpenuhi.

1.Pastikan memiliki label karena penggunaan label telah diatur dalam undang-undang. Jika tidak ada label, seolah ada semacam ketidakberanian si produsen untuk mengungkapkan bahan-bahan yang digunakan. Jadi, jangan gunakan produk tanpa label.

2.Sebelum membeli, baca bahan-bahan yang digunakan. Jika ada kata-kata seperti mercurio, mercuric atau sejenisnya, sebaiknya tidak menggunakannya. Untuk kandungan bahan lain ada baiknya anda mengetahui kadar yang dibolehkan atau tidak. Misalnya hydroquinone sebaiknya tak lebih dari 2 persen.

3.Ada rekomendasi dari badan resmi yang berwenang, dan pastikan rekomendasi itu benar.

4.Harga kadang tidak berbohong meskipun bukan jaminan juga.

5.Lebih baik lagi jika produk tersebut banyak digunakan orang dan terbukti tidak berkasus.

Tak ada yang salah jika kaum wanita ingin tampil menarik dengan kulit lebih cerah. Yang salah adalah jika mereka ingin mendapatkannya secara instan dan dengan mengingkari “takdir” karena memiliki jenis kulit gelap, serta tidak memedulikan dampak bagi kesehatan dirinya sendiri bahkan orang-orang terdekat di sekitarnya.(Ruri Andayani/dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun