Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekuatan Mental

1 Februari 2025   12:23 Diperbarui: 1 Februari 2025   12:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Tribun.news

Kedengarannya judul di atas mengusik naluri, kekuatan mental. Apa  perlu kita mempunyai mental yang kuat, bahkan sekuat baja. Jika pertanyaannya  seperti itu pasti jawabannya, wajib, bahkan seseorang wajib mempunyai kekuatan mental.

Apalagi hidup di zaman yang serba instan, serba IT, semua menjadi mudah dalam jangkauan. Zaman semakin modern sehingga harus pintar membawa diri, agar tidak menjadi korban hasutan Dajjal yang membaur dengan kita.

Berawal dari kisah Aina yang menjadi single parent. Tentu banyak ujian dan rintangan yang membersamai dalam menapaki kehidupan baru.

Kehidupan baru yang dimaksud adalah segala sesuatu menjadi tanggung jawab diri sendiri.  Keputusan dan pertimbangan menjadi focus pada pilihan, insting dan nalurinya. Berbeda saat Aina mempunyai pendamping, maka apapun masalah yang dia hadapi akan dipecahkan bersama melalu mufakat.

Apa yang terjadi jika hal tersebut sudah tidak bisa dilakukan, inilah yang membedakan kondisi Aina dari segi apapun tetap berbeda, mulai dari status, peran dalam keluarga, bahkan saat berada di masyarakat akan berbeda pula orang menilai.

Jika dulu status berpasangan, saat ini dia sendiri, dulu menjadi ibu rumah tangga sekarang menjadi kepala rumah tangga. Jika dulu status bersuami, sekarang status cerai mati.

Belum lagi jika ada yang nyeletuk, Janda, dia merasa sakit hati, kok dibilang janda, padahal kenyataannya dia sudah tidak bersuami. Namun dibilang janda rasanya kok risih ya. Katanya dalam hati.

Entahlah mengapa Aina begitu kurang sreg dan menolak dengan panggilan tersebut, bahkan saat tetangga sendiri memanggil, dengan keras Aina mengingatkan , "Jangan menyematkan kata itu, masih ada sebutan yang lebih baik dari itu".  

Alhamdulillah sampai saat ini, tidak ada lagi orang memandang Aina dengan sebutan itu. Sebenarnya sudah hampir empat tahun dia ditinggal almarhum suami, namun dia merasa beliau masih berasa di sampingnya, hari-hari yang dilalui dari waktu ke waktu tetap nyaman serasa masih bersandar suami.

Aina sadar dengan sesungguhnya jika saat ini suami telah berpulang namun hati kecil merasa bahwa beliau tetap bersama, dimanapun dia berada, dia tidak merasa sendiri, mungkin jasad tidak bersanding tapi hakekatnya ruh tetap ada, itu yang menjadi keyakinannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun