Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Anda Percaya atau Tidak, Mahluk Ghaib Itu Memang Ada

12 Desember 2024   10:28 Diperbarui: 12 Desember 2024   11:33 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurut temanku ada penampakan asap putih yang dilingkari hijau. Hasil foto saat di makam. Dokpri

Seperti biasa setiap jumat sore saya dan anak-anak selalu berziarah ke makam almarhum suami. Hal ini sudah kami lakukan sejak kepergiannya. Alhamdulillah kami bisa melakukannya dengan istiqomah. Membaca surat Yasin dan diteruskan dengan tahlil itu yang biasa kami lakukan.

Tak terasa sudah lebih dari tiga tahun kami mengunjungi ke makam dan mengirim doa dan tahlil. Kami meyakini, inilah yang diharapkan dari orang-orang yang ada di barzah. Mereka hanya menunggu kiriman doa dari keluarganya.

Seperti kita tahu dalam hadis Nabi yang berbunyi kurang lebih seperti ini  ; "Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga hal, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang suka mendoakan orang tuanya.

Pemahaman isi hadis di atas saya tanamkan terhadap anak-anak, bahwa almarhum abah hanya mengharap hadiah fatihah dan doa-doa yang kita kirimkan untuknya, sehingga mereka dengan senang hati melakukannya. Bahkan terkadang saya lupa merekalah yang mengingatlkan saya, "Ma, waktunya ke makam Abah",

Seperti biasa kami mengunjungi makam setiap pekannya. Jarak antara makam dan rumah tidak terlalu jauh, kira-kira 600 m. Jika anak-anak ngumpul biasanya kami berempat dengan dua motor. Saya agendakan, setiap ahir pekan.

Si Sulung di luar kota, namun setiap ahir pekan pulang ke rumah. Begitu juga dengan adiknya yang nomor dua. Hari itu saya, bertiga, anak barep dan si bungsu.  Anak nomor dua lagi belajar di kota Pasuruan, sudah dua bulan ini belum bisa mudik.

Biasanya kami ke Makam pukul 16.00 WIB atau kurang dari pukul itu, waktu yang tepat, karena tidak terlalu sore. Namun hari itu karena ada kegiatan saya berangkat pukul 16.45 WIB. Sebenarnya saya merasa sudah terlalu sore. Namun karena saya diingatkan anak barep, "Ma, jadi  ke makam",

Saya baru ingat pagi tadi saya sudah beli kembang, jadi sayang jika tidak jadi berangkat. "Iya Mbak, kita berangkat sekarang, sayang bunganya kalau tidak terpakai", jawabku sepulang dari kegiatan.

Kami bertiga melaju dengan motor scopy, tidak usah pakai ngebut, kan tidak jauh. Namun karena merasa sudah sore, kamipun agak tergesa-gesa. Biasanya kami membawa tikar untuk ngaji supaya lebih nyaman duduknya.

Musim hujan tiba, setiap sore selalu turun hujan, sehingga tanah makam agak becek, jadi kuurungkan membawa tikar. Sampai di makam saya langsung membaca surat Yasin, 'Mbak kita baca suaratYasin saja gak usah tahlil, karena waktunya sudah sore, sudah pukul 05.00 WIB.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun