Hingga umur 50 tahun ini, bisa dihitung jari berapa kali naik kereta api, mungkin belum genap hitungan lima jari. Bahkan karena penasaran ingin naik kereta api, sengaja pergi ke Surabaya hanya ingin naik kereta, sesampai di sana bermalam di kos  besuknya kembali pulang naik kereta lagi.
Hal ini karena penasaran saja bagaimana rasanya naik kereta api. Pengalaman pertama naik kereta api cukup berkesan padahal yang saya naik jenis kereta api yang ekonomi murah meriah, irit di kantong dan nyaman sampai tujuan.
Begitulah pengalaman pertama naik kereta api, bahkan hingga saat ini kereta api menjadi transportasi favorit anak saya sebagai mahasiswa. Â Saat itu masih mahasiswa S1 di universitas Surabaya, dan saat ini menlanjutkan kuliahnya di Malang, lagi-lagi kereta api menjadi moda transportasi yang paling diminati.
Berikut alasannya
Satu, murah dan ramah di kantong
Saat kuliah di Surabaya, dari Bojonegoro cukup membayar Rp. 6000,- saja sudah sampai ke stasiun Gubeng, setelah itu naik ojol menuju ke kos.
Berbeda jika naik Bus, akan merogoh kantong hingga Rp.20.000,- tiba di terminal, setelah itu naik ojol menuju ke kos.
Bahkan saat ini kuliah di Malang, kembali tetap dengan moda kereta Api. Dari Bojonegoro naik kereta menuju Surabaya, setelah tiba di Surabaya naik kereta lagi menuju stasiun Malang.
Walaupun harus menunggu 1 jam saat transit menuju ke malang, namun dengan setia anakku menunggu kepala besi itu sebagai transportasi favoritnya.
Lain lagi cerita anak mantu, dia jauh-jauh dari Jakarta naik kereta api, hanya dengan 104.000 sudah sampai ke stasiun Bojonegoro. Walaupun tempat duduk bersudut 90 derajat cukup panas dan pegel, namun impas dengan harganya yang murah meriah.