Sedih tak terbendung namun ada rasa syukur karena di ahir hayatnya Mbah Uti dalam posisi  menunaikan kesalihan. Semoga husnul khotimah Mbah Uti.
Sebelumnya Mbah Uti sering menyampaikan kepada kami, dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan "Nduk orang akan meninggal itu kok tidak kroso ya, kok tiba-tiba saja tanpa ada tanda-tanda"
"Lo, semua juga paham Mbah Uti, karena kematian dan rezeki kan urusane Gusti Alloh" jawabku mengiyakan saja.
"Lawong, bojomu lo, arep ninggal telepon aku, jare arep mbaturi aku, arep ngopeni aku, kok malah dia ninggal duluan". Begitu dan selalu begitu yang diucapkan, bahwa orang akan meninggal tidak kroso.
Teringat dua tahun yang lalu saat suami meninggal. Saat itu akan berangkat ke kantor, saya menyiapkan sarapan, " Yah, sarapan soto atau sambal terong" tanyaku pagi itu.
"Siapkan soto saja Ma" pintanya kepadaku. Setelah selesai sarapan, dia berkemas pergi ke kantor dengan memakai hem putih lengan panjang. Saat akan mengancingkan baju, secara bergantian kedua pergelangan tangannya diulurkan padaku.
"Ma, tolong kancingkan lengan baju ini"
Sepontan saya ngedumel, "Kok manja to Yah", walaupun sebenarnya saya juga mengancingkan lengan bajunya. Setelah itu beliau berangkat seperti biasa, namun dua puluh menit dari keberangkatannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang ke rumah membawa kabar duka bahwa suami kecelakaan.
Saya sempat membawanya ke rumah sakit, Saat di ambulance beberapa kali saya menanyakan mana yang sakit, masih berbicara seperti biasa, namun beberapa saat berada  di UGD suami sudah tidak tertolong dan meninggalkan kami untuk selamanya. Al-Fatihah...Allahu yarham.