Menjelang hari raya Idul Fitri seperti ini, teringat enam tahun yang lalu tepatnya tahun 2016 untuk pertama kalinya saya divonis mengidap penyakit kanker tiroid. Saya sendiri kurang memahami berbagai macam penyakit, termasuk apa itu tiroid.
Setelah melahirkan anak ketiga, saya menemukan ada dua benjolan. Satu di belakang telinga, dan yang kedua di leher bagian depan. Tepatnya di bawah jakun.
Karena rasanya tidak sakit, saya pun menyikapinya dengan santai. Namun dengan berjalannya waktu, ternyata benjolan tersebut semakin membesar.Â
Akhirnya  saya memeriksakan diri ke dokter, dokter menyatakan harus segera dioperasi. Karena terbatasnya biaya, maka saya mengangkat hanya yang bagian belakang telinga saja.
Akhirnya hari itu juga saya dioperasi. Alhamdulillah, sore hari saya sudah bisa pulang. Satu minggu setelah itu saya kontrol dan hasilnya dinyatakan benjolan itu hanya kelenjar biasa yang tidak bahaya.
Alhamdulillah plong rasanya. Namun, dengan berjalannya waktu ternyata benjolan yang ada di leher depan semakin membesar.Â
Waktu itu saya masih menyusui, sehingga  saya menunggu anak saya berumur dua tahun dulu. Karena tidak ada keluhan, maka saya pun tidak panik.
Setelah anak berumur dua tahun kembali saya periksa ke dokter, dan atas sarannya benjolan harus segera diangkat, karena sudah sebesar telur ayam khawatir semakin hari semakin besar. Akhirnya saya pun mengoperasinya.
Dengan kartu askes yang saya punya, saya mendaftarkan diri. Setelah menunggu tiga bulan, akhirnya dihubungi pihak rumah sakit untuk menjalani operasi untuk mengangkat salah satu kelenjar tiroid. Operasi pun berjalan lancar, selama tiga hari saya dirawat di rumah sakit.
Satu minggu setelah itu, saya kembali kontrol, dokter menyatakan kalau benjolan yang ada di leher adalah tumor ganas.Â