Pada tulisan sebelumnya saya pernah menyampaikan tentang bagaimana kiat-kiat menjadi guru pembimbing khusus, salah satunya harus mempunyai tiket kesabaran tingkat tinggi.Â
Ketika tiket sabar telah kita kantongi, menghadapi semua jenis karakter siswa akan bisa kita layani. Termasuk di dalamnya menjumpai anak yang diduga mempunyai hambatan tunagrahita.
Memang tidak mudah membimbing peserta didik berkebutuhan khusus, namun demikian jika kesabaran telah melekat dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, guru harus mengedepankan ketulusan dan keihlasan untuk melayani.
Terlahir menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah kehendak mereka, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa mencipta dan memberikan predikat apapun kepada mahluknya. Semua ada hikmahnya.Â
Guru menjadi orang tua di sekolah diharapkan dapat melayani mereka dengan kesungguhan hati.
Kali ini saya akan menceritakan tentang peserta didik teman saya, sebut saja namanya Army. Dia terlahir dari keluarga yang broken home.Â
Sejak dalam kandungan bapaknya meninggalkannya, merasa tidak mampu menanggung beban sendirian, ibunya berniat untuk menggunggurkan kandungannya dengan minum obat-obat berbahan kimia, namun Tuhan tidak mengizinkan akhirnya dia lahir dengan selamat.
Sejak berumur dua tahun ibunya menitipkan kepada budenya, ibu Army pergi ke Malaysia untuk menjadi TKW.Â
Perkembangan Army sejak kecil tidak seperti teman seusianya, bahkan untuk mengurus dirinya sendiri saja belum mampu.Â
Saat ini Army kelas 5 SD, dia lambat dalam menguasai kemampuan dasarnya. Seperti makan, minum masih harus diberi arahan.