Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembiasaan Pendidikan Karakter, Solusi bagi Siswa untuk Menanamkan Cinta Tanah Air dan Bangsa

27 Oktober 2021   04:30 Diperbarui: 27 Oktober 2021   13:22 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembiasaan pendidikan karakter siswa. Sumber: Kompas.com

Hubbul wathon minal Iman, cinta tanah air sebagian dari iman. Adalah ungkapan yang sudah sering kita dengar. Jargon yang dicetuskan oleh Kyai Haji Hasyim Asyari, ulama’besar yang juga pahlawan nasional ini, mengandung arti yang sangat mendalam. 

Menumbuhkan sikap cinta tanah air harus dilakukan sejak usia dini, anak-anak harus dikenalkan bagamana mencintai tanah air agar tumbuh menjadi pribadi yang patriotis.

Dengan berjalannya waktu, sikap nasionalis sudah mulai luntur, banyak peserta didik yang kurang memahami ungkapan cinta tanah air. Mereka anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi merdeka, dimana ada kebebasan dalam berperilaku, berpikir dan berasumsi.

Globalisasi dan modernisasi menjadi suguhan dan tontonan setiap hari, kemajuan IT yang tak terbendung oleh jarak dan waktu menjadikan peserta didik  bermental konsumtif. 

Menikmati sesuatu yang bersifat instan menjadi kebiasaan yang dapat membentuk karakter. Disinilah mereka memerlukan bimbingan dan pengawasan baik dari guru dan orang tua.

Mereka harus tahu bagaimana sejarah kemerdekaan diperjuangkan oleh para pahlawan, mereka gugur di medan perang demi meraih kejayaan Indonesia. 

Menjadi ironis jika mereka menikmati kemerdekaan namun tidak mempunyai andil dalam mengisi kemerdekaan.

Pada tulisan ini, saya akan berbagi tentang bagaimana menanamkan konsep cinta tanah air. berawal dari keprihatinan saya pada siswa kelas 5, begitu saya mengajak menyanyikan lagu sorak-sorak bergembira. 

Tidak ada satupun dari mereka yang hafal lagu tersebut, bahkan mereka tidak tahu kalau lagu tersebut  adalah  lagu perjuangan.

Ketika saya menyanyikan dengan tepuk tangan, hanya suara saya yang terdengar tak ada satupun yang mengikuti, “Anak-anak ayo semua tepuk tangan dan bernyanyi bersama” ajakku pada siswa di dalam kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun