Hubbul wathon minal Iman, cinta tanah air sebagian dari iman. Adalah ungkapan yang sudah sering kita dengar. Jargon yang dicetuskan oleh Kyai Haji Hasyim Asyari, ulama’besar yang juga pahlawan nasional ini, mengandung arti yang sangat mendalam.
Menumbuhkan sikap cinta tanah air harus dilakukan sejak usia dini, anak-anak harus dikenalkan bagamana mencintai tanah air agar tumbuh menjadi pribadi yang patriotis.
Dengan berjalannya waktu, sikap nasionalis sudah mulai luntur, banyak peserta didik yang kurang memahami ungkapan cinta tanah air. Mereka anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi merdeka, dimana ada kebebasan dalam berperilaku, berpikir dan berasumsi.
Globalisasi dan modernisasi menjadi suguhan dan tontonan setiap hari, kemajuan IT yang tak terbendung oleh jarak dan waktu menjadikan peserta didik bermental konsumtif.
Menikmati sesuatu yang bersifat instan menjadi kebiasaan yang dapat membentuk karakter. Disinilah mereka memerlukan bimbingan dan pengawasan baik dari guru dan orang tua.
Mereka harus tahu bagaimana sejarah kemerdekaan diperjuangkan oleh para pahlawan, mereka gugur di medan perang demi meraih kejayaan Indonesia.
Menjadi ironis jika mereka menikmati kemerdekaan namun tidak mempunyai andil dalam mengisi kemerdekaan.
Pada tulisan ini, saya akan berbagi tentang bagaimana menanamkan konsep cinta tanah air. berawal dari keprihatinan saya pada siswa kelas 5, begitu saya mengajak menyanyikan lagu sorak-sorak bergembira.
Tidak ada satupun dari mereka yang hafal lagu tersebut, bahkan mereka tidak tahu kalau lagu tersebut adalah lagu perjuangan.
Ketika saya menyanyikan dengan tepuk tangan, hanya suara saya yang terdengar tak ada satupun yang mengikuti, “Anak-anak ayo semua tepuk tangan dan bernyanyi bersama” ajakku pada siswa di dalam kelas.