Mohon tunggu...
Rupina SPdSD
Rupina SPdSD Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas

Saya Rupina seorang pendidik yang mengajar di salah satu SD di Kabupaten Luwu Timur. Hobi saya menyanyi dan juga browsing informasi tentang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebaikan Sebagai Pemimpin

13 Agustus 2024   00:29 Diperbarui: 13 Agustus 2024   00:34 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kesimpulan, berefleksi, serta mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.

 

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan

 pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hadjar Dewantara  (KHD) yang saat ini dikenal sebagai Pratap Triloka  atau yang dulu dikenal sebagai Trilogi Pendidikan, hingga saat ini masih dan terus menjadi pijakan bagi pendidikan kita. Triloka tersebut meliputi: Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan dari depan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam yang dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Nilai-nilai kebajikan universal dan profil pelajar pancasila  yang merupakan cerminan budaya bangsa dapat kita implementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat disampaikan secara berkelanjutan ssecara eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perangai atau karakter seseorang terkadang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai-nilai yang tertaham akan membentuk kerangka referensi yang kita gunakan untuk mengevaluasi situasi dan pilihan, serta bagaimana menilai konsekuensi dari keputusan serta prioritas dan tujuan yang ditetapkan. Kondisi self-mindfulness seseorang serta kematangan dalam kompetensi sosial dan emosional seseorang juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.  Dengan Self-mindfulness atau kesadaran diri yang baik, maka akan membantu seseorang untuk lebih objektif dan sadar akan bias atau emosi yang mungkin mempengaruhi keputusan mereka. Sedangkan, kematangan dalam kompetensi sosial dan emosional juga memainkan peran krusial, sehingga dapat memahami permasalahan dari perspektif diri sendiri dan juga orang lain  secara efektif, serta mampu mengelola emosi diri sendiri serta merespons emosi orang lain dengan tepat. Dengan kata lain, nilai-nilai dalam diri, self-mindfulness, dan kompetensi sosial-emosional yang baik tidak hanya membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana tetapi juga dalam meningkatkan kualitas interaksi dan hubungan dengan orang lain. Nilai-nilai dan kematangan sosial-emosional yang dimiliki seorang pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat relevan dalam konteks kegiatan coaching, karena coaching berfokus pada membantu individu atau kelompok (coachee) memahami, mengevaluasi, dan meningkatkan proses pengambilan keputusan. Selanjutnya, dalam sesi coaching feedback diberikan untuk membantu coachee memahami kekuatan dan kelemahan dalam keputusan yang telah diambil, serta dampaknya terhadap hasil yang diinginkan. Secara keseluruhan, coaching berfungsi untuk memperdalam pemahaman, meningkatkan keterampilan, dan mendukung proses pengambilan keputusan yang efektif. Dengan menggunakan materi pengambilan keputusan sebagai bagian dari sesi coaching, pendamping atau fasilitator dapat membantu coachee untuk membuat keputusan yang lebih baik, lebih terinformasi, dan lebih bermakna karena selaras dengan nilai-nilai dan tujuan mereka.

Dari awal pembelajaran di PGP angkatan 10 ini, fasilitator telah memberikan pendampingan dalam menggali pengetahuan dan membantu dalam pengambilan keputusan dengan teknik coaching. Hal ini saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman saya dalam setiap materi yang ada. Terlebih dengan pendampingan praktik coaching bersama rekan CGP, semakin menambah pemahaman dan keterampilan praktis saya tentang teknik coaching ini.

Keputusan yang diambil melalui proses coaching berdasar pada etika, nilai-nilai kebajikan, dan keberpihakan kepada murid, sehingga sangat sesuai untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Proses coaching dilakukan dengan prinsip kemitraan, sehingga tidak terkesan menggurui, namun dapat memberikan  rasa nyaman kepada coachee untuk menyampaikan permasalahanya, sehingga coach dapat mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot kepada coachee. Begitu pula dengan coachee, dengan rasa nyaman tersebut maka dapat menggali sendiri kekuatan dan  hambatan yang dimiliki untuk menemukan solusi yang sesuai.

Sebagai pendidik, keterampilan coaching sangatlah penting untuk dikuasai karena akan sangat membantu anak didik dalam memahami, mengevaluasi, dan menentukan keputusannya sendiri dalam upayanya meningkatkan motivasi dan prestasi belajarnya. Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi murid dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru juga memiliki harapan dan kepecayaan terhadap muridnya untuk dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, terutama terkait dilema etika. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan tetap berpedoman pada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.

Kemampuan guru untuk mengelola sendiri sosial-emosional, maka akan mempengaruhi mindset mereka dalm menghadapi dan menyelesaikan dilema etika dengan cara yang lebih sadar, adil, dan efektif. Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, mengelola emosi, berkomunikasi dengan baik, dan mempertimbangkan berbagai perspektif merupakan aspek kunci dalam membuat keputusan etis yang baik dalam konteks pendidikan. Guru dengan perannya sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu:

  • individu vs masyarakat,
  • rasa keadilan vs rasa kasihan,
  • kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang

Guru juga harus mempertimbangkan pada 3 prinsip yaitu:

  • prinsip berbasis hasil akhir,
  • prinsip berbasis peraturan, dan
  • prinsip berbasis rasa peduli.

Serta pengambilan dan pengujian putusan dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa saja yang terlibat
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  • Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Prinsip Pengambilan Keputusan
  • Investigasi Opsi Trilemma
  • Buat Keputusan
  • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Nilai-nilai yang dianut pendidik mempengaruhi bagaimana mereka menganalisis dan menyelesaikan masalah moral atau etika dalam studi kasus. Nilai-nilai ini memberikan landasan untuk pengambilan keputusan yang konsisten dan berintegritas, serta mendukung praktek pendidikan yang etis dan responsif.

Nilai-nilai yang dianut pendidik akan mempengaruhi cara pendidik menganalisis, mengevaluasi, dan menyelesaikan dilema etika dalam studi kasus. Nilai-nilai itu berfungsi sebagai kerangka dasar untuk pengambilan keputusan, serta menempatkan prioritas pada nilai-nilai yang mereka anggap paling penting ketika mengevaluasi pilihan dalam menafsirkan situasi dan mengevaluasi solusi dalam studi kasus. Selain itu, akan mempengaruhi pendekatan mereka terhadap etika, serta mempengaruhi solusi yang mereka anggap etis dan sesuai. Melalui studi kasus, akan memungkinkan pendidik untuk merefleksikan dan mengevaluasi nilai-nilai mereka sendiri, serta bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi praktik mereka. Begitupun dengan diskusi tentang studi kasus dalam kelompok atau tim dapat membuka perspektif baru dan membantu pendidik untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda. Hal ini bisa memperkaya pemahaman guru tentang dilema etika, sehingga nilai-nilai mereka dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai kolektif.

Nilai-nilai pendidik akan terlihat dalam konsistensi tindakan mereka dengan keputusan yang diambil dari studi kasus, sehingga akan mempengaruhi pengembangan kebijakan atau prosedur di lingkungan pendidikan. Dengan demikian, nilai-nilai yang dianut pendidik akan menjadi bagian dari panduan dalam menyusun kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang mereka anggap penting. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai pemimpin, terutama pemimpin di sekolah, keputusan yang kita ambil pastinya akan berdampak pada situasi lingkungan sekolah. Pengambilan keputusan yang tepat dan bijak merupakan kunci terciptanya dan terpeliharanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Proses pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh aspek emosional dan sosial dari semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang tepat selain berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, dan telah melalui 9 uji pengambilan keputusan, juga harus mempertimbangkan aspek seperti komunikasi, kolaborasi, keamanan, dan kesejahteraan pihak -pihak yang terlibat. Dengan demikian, keputusan yang diambil dapat memberikan dampak pada terwujudnya kondisi lingkungan sesuai yang diinginkan  sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya dengan maksimal.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan terhadap dilema etika seringkali dipengaruhi oleh nilai- nilai yang melekat pada masing-masing pihak yang terlibat, kepentingan, dan keakuratan informasi yang menjadi pertimbangan. Penyesuaian terhadap paradigma baru juga melahirkan cara pandang berbeda terhadap masalah yang ada,  karena keputusan harus disesuaikan dengan perspektif baru yang mungkin belum sepenuhnya dipahami atau diterima. Oleh karena itu, memerlukan refleksi mendalam, adaptasi strategi, dan pemahaman yang jelas tentang perubahan paradigma tersebut. Pemilihan dari 4 paradigma dilema etika, yaitu individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), serta pada tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking) atau berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking), tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.  Oleh karena itu, tantangan datang dari perbedaan-perbedaan cara pandang tersebut, sehingga menimbulkan rasa bimbang. Namun, dengan  bermodalkan 9 langkah pengambilan keputusan maka diharapkan dapat menjawab rasa kebimbangan tersebut sehingga  keputusan yang diambil dapat diterima dengan baik oleh semua pihak.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang tepat dalam pendidikan sangat berpengaruh terhadap terciptanya pengalaman belajar yang memerdekakan, atau sekarang dikenal sebagai merdeka belajar. Melalui merdeka belajar, maka murid diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan putusan dalam proses pembelajaran, seperti pemilihan tugas dan bagaimana mereka harus belajar sehingga dapat lebih dipertanggungjawabkan. Dengan memahami kebutuhan individual murid dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang tepat, maka pendidik dapat membantu mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan mempersiapkan mereka untuk sukses di masa depan.

Melalui evaluasi kebutuhan murid dan pembelajaran difrensiasi yang digaungkan pada era kurikulum saat ini, mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan bakat dan keahliannya. Sedangkan, Guru  sebagai fasilitator,  motivator sekaligus coach. Dengan berpedoman pada nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan penerapan secara eksplisit maupun implisit Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dalam pembelajaran, maka semakin memperkuat dan menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran yang holistik telah diupayakan untuk mendukung perkembangan potensi murid secara maksimal. Dengan merdeka belajar, murid diberikan kebebasan untuk mencapai kesusksesan dan kebahagiaan sesuai minat dan potensinya. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, serta mencapai bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya,  dan dapat bertanggungjawab atas apa yang menjadi pilihannya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran, memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Setiap pilihan putusan yang kita ambil dan segala tindak tanduk yang kita lakukan akan terekam jelas dalam benak murid sehingga sedikit banyaknya akan menjadi role model terhadap pemikiran dan perilaku mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan dampaknya pada murid, karena keputusan tersebut berkontribusi pada pembentukan karakter, keterampilan, serta pilihan keputusan yang akan memengaruhi masa depan mereka maupun lingkungannya. Sebagai pemimpin pembelajaran sudah selayaknya dalam setiap keputusannya harus bijak dan akurat dengan berpedoman pada 9 uji pengambilan keputusan, sehingga  apa yang menjadi putusan tidak akan menyesatkan murid dan sekaligus  menjadi warisan berharga untuk mindset berpikir dalam pengambilan keputusan yang  berpijak pada etika dan nilai-nilai kebajikan universal.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu keterampilan yang harus dimiiki oleh seorang pendidik. Modul ini memberikan pemahaman yang  lebih holistik terkait bagaimana etika mempengaruhi pengambilan keputusan, serta pentingnya mempertahankan komitmen terhadap nilai-nilai kebajikan universal dalam semua tindakan. Sebagai seorang pendidik dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD), bahwa keputusan harus berpihak pada murid sehingga mampu menuntun murid untuk menumbuhkan  pola pikir dan karakter murid sesuai dengan budaya bangsa. Seorang pendidik harus mampu berpikir sistem dengan alur yang tertata seperti BAGJA dalam merencanakan setiap tindakan sehingga dapat mengantarkan pada kemanfaatan, lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tercipta budaya positif di lingkungan sekolah. Agar pendidikan dapat  menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila  di tengah-tengah  beragam benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral, maka diperlukan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berdasar pada sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan demikian, maka  langkah-langkah pengambilan keputusan akan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal dan selalu berpihak kepada murid.

Sekolah sebagai institusi yang bertujuan untuk mewujudkan murid yang cerdas dan berkarakter menuju Profil Pelajar Pancasila. Tentu banyak hal yang harus dilakukan, sehingga dalam pengambilan keputusan harus dengan bijak, mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas/sekolah, serta selalu berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Selain itu, pembelajaran KSE baik eksplisit maupun implisit untuk mendukung kematangan karakter dan kompetensi sosial-emosionalnya.

Keputusan--keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk terwujudnya budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being). Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Untuk membangun komitemn yang kokoh, seorang pemimpin harus mengedepankan percakapan coaching dengan berbagai pihak, sehingga mampu menggali berbagai sudut pandang serta dapat menampung aspirasi dan ide-ide kreatif dari berbagai pihak terkait untuk menjabarkan cita-cita dan impian bersama. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu, kita kembali pada panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil selalu berpihak kepada murid dan dapat diterima dengan baik oleh lebih banyak orang.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Terkait pemahaman saya tentang modul ini, maka saya merasa masih sangat perlu melatih keterampilan pada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terutama tentang pengujian benar -salah dan investigasi opsi trilema. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan, ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada intuisi dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat guna dan dapat lebih dipertanggungjawabkan. Selain itu secara personal, saya sadar bahwa dalam pengambilan keputusan kita tidak harus menyenangkan semua orang, namun diperlukan pertimbangan dari segala sudut pandang dengan segala konsekuensinya, serta keberanian untuk mengambil keputusan dengan konsekuensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebagai pemimpin pembelajaran, sebelum mempelajari modul ini tentu saja saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, terutama keputusan-keputusan terkait murid-murid di kelas saya. Namun, yang sering saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran dan intuisi, serta dengan beberapa pertimbangan nilai dan informasi yang saya miliki. Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil berpengaruh pada suasana kelas yang lebih kondusif. Dengan belajar modul ini saya menjadi paham lebih dalam akan pengetahuan dan juga mempraktikkan tentang bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang saya dapatkan dari Modul 3.1 "Pengambilan Keputusan Berrbasis Nilai-Nilai Kebaikan Seorang Pemimpin" ini.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang telah saya pelajari pada modul 3.1 "Pengambilan Keputusan Berrbasis Nilai-Nilai Kebaikan Seorang Pemimpin"  ini, memberikan dampak besar bagi perubahan pola pikir saya terkait pengambilan keputusan. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi, intuisi, dan nilai-nilai sosial saja sudah cukup. Ternyata, banyak hal yang mendasari pengambilan keputusan terutama terkait dilema etika. Berdasarkan konteks ini, terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya berkomitmen akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan, baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi, maupun lingkungan tempat tinggal saya. Dengan berdasar pada landasan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat sasaran dan lebih akurat, serta tentunya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 "Pengambilan Keputusan Berrbasis Nilai-Nilai Kebaikan Seorang Pemimpin"  bagi saya materi-materi yang sangat bermakna, karena baik dimanapun atau sebagai peran apapun kita, pasti akan mengalami permasalahan yang menuntut kita untuk mengambil keputusan. Terutama sebagai pemimpin pembelajaran/guru, keputusan yang kita ambil  tersebut tentunya akan berdampak pada kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah tempat saya mengabdi guna mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Agar dapat mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika. Perlu selalu diingat bahwa landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya berdasar pada 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan demikian, maka kita sebagai pemimpin dapat mengambil keputusan yang mampu meminimalisir keraguan dan tentunya selalu mengedepankan keberpihakan kepada murid.

Terima kasih sudah membaca koneksi antar materi modul 3.1 "Pengambilan Keputusan Berrbasis Nilai-Nilai Kebaikan Seorang Pemimpin" yang saya paparkan. Saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon atas segala kekurangan. Semoga segera untuk tergerak, mari bergerak, dan terus menggerakan. Salam & Bahagia.

                                                                                                                                                                    RupinaCGPA.10 Luwu Timur SDN 103 Lumbewe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun