Attractive investment destination, sebuat point yang menarik saat saya menyimak program Rabu Biru Bincang Seru, melalui Live Streaming Facebook Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) yang juga dapat kita saksikan tiap rabu sore di akun social media partai-partai koalisi Prabowo-Sandi.
Tema minggu ini adalah Menumpas Genderuwo Ekonomi. Bahasan mengenai sosok genederuwo ekonomi yang dikatakan Dr. Said Didu, sebagai salah satu pembicara, sudah mulai berani menampakkan diri, yang disambut dengan istilah Dr. Rizal Hakim (akademisi) yang menyebutkan genderuwo yang berani menampakkan diri dekat dengan pusat kekuasaan, dia akan lebih terang-terangan dan semakin kelihatan. Dalam diskusi ini selain ide-ide dan upaya mengajak untuk membawa ekonomi kita kearah yang lebih baik dengan menumpas para genderuwo ini, ada point yang mencuri perhatian saya, yang saya sebut diatas tadi.
Disampaikan oleh ekonom Farouk Abdullah,dengan gambaran rumah yang nyaman bagi investasi. Sebuah keberhasilan negara China dalam bangunan ekonomi yang simple dan berhasil membuat barang-barang eksport mereka ada dimana-mana patut kita apresiasi dan pelajari. Menyajikan iklim ekonomi yang kondusif agar investasi dapat terpelihara. Membangun investasi yang berkualitas.
China berhasil menjadi tuan rumah yang menyediakan tempat untuk produk-produk yang dirancang dibarat untuk diproduksi secara masal disana. Menjadi industry house yang dapat meraup keuntungan menghasilkan lapangan kerja dan dari sisi hi-tech dapat menerima transfer teknologi yang berdampak.
Batang pemikiran untuk menjamin investasi yang masuk adalah dengan menegaskan apakah pihak yang melakukan investasi ini membangun Indonesia atau hanya membagun di Indonesia. Bahwa kondisi sekarang investor yang masuk jadi cuma numpang dan mengerup alam kita dengan senaknya seolah dibiarkan juga bukan rahasia lagi. Mereka datang bawa uang, bangun ditanah kita, bawa alat mereka, bawa pekerja mereka dan uang nya nanti mereka bawa lagi kenegaranya. Ini bukan kelas negara yang punya cita-cita jadi negara maju.
Bahwa elite cenderung membiarkan dan bahkan hunky pangky dengan investor yang membuat anak bangsa hanya sebagai penonton juga sudah bisa kita lihat dengan tanpa kemampuan indera keenam. Mungkin ini genderuwo yang sangat pede buat perfom dimuka publik yang disebutkan tadi.
Segala yang mengajukan apapun bentuk investasi harus diberi jalan terbuka, Dengan ketentuan yang bisa kita adopsi dari tetangga kita negeri tirai bambu. Sudah tidak ada tempat untuk membiarkan bangsa kita hanya jadi penonton. Terkait dengan sejumlah narasi yang memelintir nalar dengan menyebut pak Prabowo anti asing terbantahkan dengan spirit yang Prabowo-Sandi hendak besarkan. Tidak ada yang anti asing, namun segala bentuk kerjasama dengan asing kita musti kuat sebagai tuan pemilik tanah yang kaya ini.
Sebagai pengusaha yang sama-sama dikenal sangat sukses dan memiliki keberpihakan tinggi akan nasib pekerja dalam negeri, Prabowo-Sandi tidak akan membiarkan penjajahan berkedok investasi yang masih merajalela kini terus berlangsung.
Bahwa investasi harus berdampak dan menjadi protein bagi metabolisme perekonomian kita. Dampaknya memperkuat pembakaran timbunan lemak kerugian negara dan membangun sel otot kedaulatan ekonomi.
Dampak yang tidak hanya dinikmati oleh pembawa modal yang membawa lagi untungnya bula-bulat kenegaranya tapi untuk yang berkeadilan yang dapat dinikmati oleh tuan rumah dan membangun.
Tapi bila kita lihat sampai sekarang belum ada niat ,ya mungkin wujud Genderuwo itu harus kita bacakan ayat-ayat suci kedaulatan rakyat demi lenyap dan musnahnya persekongkolan gaib ekonomi tersebut.