Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gulali Terakhir

19 Januari 2011   04:58 Diperbarui: 16 Februari 2016   15:01 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun-tahun kebersamaan itu telah pergi, dsini, dalam kamar yang tenang, ku berbaring memandangi taman tempatku yang dulu selalu menanti dan bertemu dengannya...
dari kejauhan ku lihat dia berlari kearahku...
"Gulali? maaf ya memuatmu menunggu.." aku terdiam melihat senyumnya yang begitu hangat disela nafasnya yang terengah-engah,,,gulali di tangannya selalu menjadi pemanis untuk dapat memaafkannya..
Ku tumpahkan kemarahan ku saat dia membohongi ku "kau jahat!!! kebiasaan mu untuk selalu membohongi ku...apa artinya aku selama ini?" tidak ada sepatah katapun pembelaan dari mulutnya, membuatku bertambah marah dan meninggalkannya..
Berada di taman yang penuh bunga dan unggas-unggas putih membuatku merasa damai..."Gulali?...maukah kamu memaafkan kebohonganku? aku hanya tak ingin kau mengkhawatirkanku" aku hanya terdiam melihat senyum di mukana yang pucat..
Ku pandangi sekali lagi kamar yang telah lama ku tempti...perlahan, ku menutup mataku, dan dengan samar ku dengar seseorang berbicara pada ku "mah, ini aku sudah dapat gulalinya..bangun mah!!!" sesosok tubuh yang ku kenal, dengan ramah tersenyum padaku mengulurkan tangannya "Gulali lagi? maaf sudah membuatmu menanti... apa kau sudah siap untuk pergi?" aku tersenyum melihat senyumnya lagi yang menawan..

semanis gulali kenangan yang kau berikan padaku
begitu sulit melupakan manis dan kelembutannya
tapi begitu rapuh
sehingga dapat dengan mudah terkoyak
oleh sentuhan yang lembut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun