Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluarga Kecil

24 Agustus 2022   16:45 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keadaan di kantor pagi ini juga ternyata tidak terlalu baik dan karena aku telat beberapa menit, aku tidak begitu mengerti tentang keributan yang terjadi. yang kudengar dari beberapa rekan kerjaku bahwa suami dari pemilik perusahaan kami melakukan affair dengan salah satu karyawan di kantor ini. Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa, seorang wanita kaya, cantik seperti owner kami dikhianati oleh pria yang sudah diberikan kepercayaan untuk hidupnya sampai diberikan kekuasaan untuk menjalankan perusahaan miliknya. Sungguh sebuah ironi.

Suasana tidak enak yang diakibatkan oleh petinggi di kantor ini akhirnya berimbas kepada laporan keuangan yang harus secepatnya selesai. Disela kesibukan kami menginput data yang diminta oleh para petinggi, kami bergosip dan bertanya-tanya, siapa wanita yang berani melakukan affair dengan suami owner kami. Dan ternyata, karyawan itu sudah resign sebelum kejadian ini terjadi. 

Pikiranku melayang dan bertanya-tanya, apakah suamiku setia? kulihat kilas balik perilaku dan kegiatan suamiku. Tidak ada celah, dia selalu pulang tepat waktu, menjaga anak kami. Tidak mungkin dia melakukan hal tidak baik seperti itu. Dia pasti tahu hal itu akan menghancurkan keluarga kami. Dan suamiku bukan seseorang yang seperti itu.

Hari ini aku pulang agak telat dari biasanya, sudah ku titipkan pesan pada suamiku untuk menitipkan anak kami ke neneknya terlebih dahulu sampai aku datang kerumah. Dan saat waktunya pulang tiba, ini benar-benar sudah sangat larut, kendaraan sulit didapatkan dan terpaksa aku menggunakan ojek untuk sampai kerumah orang tuaku untuk menjemput anakku.

Diperjalanan, aku sempat merenung sampai sekilas kulihat mobil yang tidak asing, aku langsung memokuskan pandanganku pada plat mobilnya, tapi karena mobil itu terhalang motor dan sudah berbelok kejalan lainnya aku tidak bisa melihat platnya. Aku langsung mengambil tasku, mengambil HP dan menanyakan keberadaannya setelah 5 menit suamiku menjawab bahwa dia sudah di recepsionis dan sedang bekerja. Karena masih merasa tidak yakin, aku memintanya untuk mengirimkan foto. Beberapa saat kemudian dia mengirimkan foto selfie nya di belakang meja resepsionis dengan latar belakang nama Hotel tempat dia bekerja. Dia tidak berbohong.

Sesampainya dirumah mamah, anakku langsung menyambutku dengan riang. Walaupun hari sudah larut malam, tapi anakku masih menungguku untuk kemudian pulang kerumah. Lelahku dan rasa kesal ku hari ini  hilang saat melihat senyumnya. Aku pun bertanya hal yang hampir sama tiap harinya, tentang bagaimana keadaannya hari ini, bermain apa saja dia, dan apa dia makan enak. Begitupun mamahku, bertanya padaku bagaimana dengan hariku hari ini. Dengan menggebu-gebu aku bercerita bagaimana menyebalkannya pagi hari ini sampai kenapa aku harus bekerja sampai larut malam untuk mengejar laporan keuangan perusahaan.

Mamahku yang mengerti keadaanku dengan senang hati membantuku menjaga sebentar cucunya. Dia bahkan menyuruhku makan dahulu sebelum pulang dan  memberikan nasihat untuk jangan menilai seseorang dan kehidupan hanya dari yang terlihat mata. Agar aku selalu bersyukur atas segala pencapaian baik yang kumiliki, dan jangan mudah kecewa atau kesal dengan keadaan.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku dan anakku pulang kerumah. Setelah kubuatkan susu hangat dibotol, anakku meminumnya sampai tertidur. Aku yang sudah terbiasa untuk selalu merapihkan rumah setelah pulang kerja pun tidak dapat menahan kantuk dan tertidur disamping anakku, dengan pikiran akan kukerjakan di pagi hari sebelum anakku bangun dan sebelum aku berangkat kerja menunggu suamiku pulang. Ya, seperti itulah aku menjalani hari ini untuk menyambut hari esok yang kuharapkan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun