Mohon tunggu...
Fira Arin's
Fira Arin's Mohon Tunggu... -

Wanita biasa yang sedang belajar bersikap dan berfikir lebih dewasa. Suka menulis, baca-baca, berteman & berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranting Cinta

11 Juni 2012   17:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah" memang tiada yang salah dengan lirik lagu ini. Yah, mungkin bagi sebagian para remaja memang mirip seperti kisah sinetron yanng sempat gencar di tahun 2004 itu, bahkan mungkin ada sebagian yang persis dengan kisah itu. Itulah kisah saya!Hehehe ngawur bin nglantur.

S + M + T = Enjoy ! Hemmmm, itulah rumus anak kosan, Sekolah + Makan + Tidur =  Enjoy. Malam itu, sambil menikmati indahnya suasana malam yang penuh dengan gemerlap bintang Kami berlima sering menggelar tikar di latai atas sebelah jemuran. Selain tanpa atap tempatnya pun jauh dari suara lalu lalang kendaraan sehingga, Kami pun merasa nyaman melepas penat.

Malam itu, tak terlihat seperti biasanya. Jika malam-malam sebelumnya Kami selalu berlima, sudah tiga hari ini Kami hanya berempat. Entah apa yang telah terjadi dengan salah satu sahabat Kami, Anisa begitulah ia kerap disapa.

"Eh, sebenarnya ada apa sih dengan nisa?" tiba-tiba suara Yuli memecah gurauan Kami.
"Nggak tahu, akhir-akhir ini memang dia agak terlihat aneh suka menyendiri" Jawab Lika.
"Ah, paling-paling juga karena si Tejo, kayak gak tahu aja" cetus ku.
"Memang Tejo kenapa"? Sambung Atik yang sedari tadi sibuk menghitung dan mengamati bintang berharap ada bintang jatuh. Konon kata "Cicitnya Atik" ketika melihat bintang jatuh dan kita berdo'a, do'anya itu mustajab makanya, tak bosan-bosannya ia mengamati bintang malam. Glubakkkkkk!

Merasa tenggorokan kering karena asyik nyanyi-nyanyi bareng bersama teman-teman, Aku segera turun untuk mengambil air. Deggg! Mendengar seperti ada isakan tangis, ku coba mendekatinya ternyata yang menangis Anisa. Oops!

Pelan-pelan ku coba menghiburnya dan perlahan ku tanya mengapa menangis? Bahkan akhir-akhir ini sering aku lihat kau selalu menyendiri, sebenarnya apa yang telah terjadi Nis?
Pasti jawabnya "Tidak apa-apa kok Ka"!
Kalau tidak terjadi apa-apa mengapa menangis?
"Bener, aku nggak apa-apa kok"! Sanggahnya lagi, eh tapi tanpa ia sadari sembari menyanggah air matanya pun tumpah. Aku pun terdiam dan semakin bingung di buatnya, ku lihat bola-bola kristal itu pecah di pangkuannya seolah tergambar serpihan-serpihan kecil yang tengah menyayat-nyayat dan mencabik-cabik ulu hatinya.

Beberapa menit setelah pikirannya mulai tenang, aku berusaha membujuk Anis angkat bicara  tentang masalah yang sesungguhnya dan akhirnya dengan nada terbata-bata dia pun bercerita. Bersambung.........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun