Mohon tunggu...
Fira Arin's
Fira Arin's Mohon Tunggu... -

Wanita biasa yang sedang belajar bersikap dan berfikir lebih dewasa. Suka menulis, baca-baca, berteman & berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Suruh Ibu Mengemis 2

14 Mei 2012   06:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang Bilang Aku Teroris" sebuah buku karya Pipiet Senja,  salah seorang penulis nusantara yang saya kagumi. Dapat bertemu dengan Beliau adalah suatu anugrah  bagi saya.

Setelah melahap ilmu tentang menulis dan berphoto-photo ria dengan Beliau, saya kembali ke lapangan dan melakukan aktifitas seperti biasa. Mondar-mandir cari berita dan bahan cerita.

Teh Pipiet bilang bahwa Victory itu seperti dunia kecil. Emang Iya! Victory selalu di bumbui dengan beraneka cerita, berita, budaya, agama dan berbagai macam gaya kehidupan, disana lengkap semuanya.

Dalam perjalanan menuju KJRI saya bertemu dengan seorang wanita tengah bercucuran air mata. Disebelah kiri ada yang ketawa-tawa, yang sebelah kanan ada yang cuek-cuek saja lalu aku menghampirinya. Setelah mendengar cerita darinya, ternyata ia ditipu oleh temannya sendiri sebesar HK$ 26.000. Akhirnya saya mengantarkan ia ke Dompet Duafa HK, untuk mencari solusi dan keadilan.

Sekitar jam 05:30 saya melanjutkan perjalanan ke Victory kebetulan saja di lapangan rumput sedang ada mimbar bebas yang di adakan oleh ATKI dll, dengan tema menghapus KTKLN.
Hemmmm! Tanpa saya duga tiba-tiba saya di hampiri kembali oleh si Nenek pengemis yang pernah saya temui minggu lalu. Saya begitu iba melihat wajah kusutnya.

Waktu telah menunjuk pukul 07:00 acara di Victory pun usai. Karena rasa penasaran saya terhadap buku baru yang baru saja saya beli langsung dari penulisnya saya pun memutuskan untuk membacanya sebentar dan setelah menjalankan sholat maghrib kedua saudara saya pulang terlebih dahulu.

Brukkk! wae.. wae ...wae ... kao meng a! (e..e...e...tolong)! Tiba-tiba saja bak sampah yang begitu besar menabrak ku dari belakang, menggulung plastik tipis alas dudukku. Buku terpental tak tahu kemana. Moyisi moyisi siuce! (Maaf, maaf nona)! ucap si Bibi tukang sampah. "Emkan yiu, emkan yiu" (tidak apa-apa, tidak apa-apa) jawabku! sambil mencari-cari buku ku. Huff! Kudapati bukuku basah dengan air sampah, Huhhhhh! Aku menggerutu. Kalau yang kotor badan dan bajuku masih bisa ku cuci Bibi tapi, kalau yang basah bukuku bagaimana nyucinya???

Sembari membersihkan buku dengan lembaran-lembaran tisue. Grekkk! Lagi-lagi si Nenek pengemis itu di depan mataku. Oh, gerangan ada cerita apa di balik semua ini???? Seorang wanita setengah baya tengah berinteraksi dengan si Nenek. Yah, persis dengan dugaanku! Seolah-olah wanita ini seperti bankir, penadah uang si Nenek dari hasil meminta-minta.

Adengan ini semakin membuat ku penasaran, diam-diam aku ikuti sampai beberapa langkah. Eh, tenyata ia memang sekongkol dengan suaminya. Oh tidak! Padahal mereka masih sangat muda bila di banding dengan usia si Nenek yang sudah renta, tapi mengapa justru si Nenek yang di perbudak untuk meminta-minta.

Kuamati mereka dari belakang, ternyata memang mereka juga selalu mengawasi Nenek dari kejauhan dan saat jarak agak jauh mereka berkomunikasi dengan bahasa tubuh.
Oh, Nenek haruskah kau setiap minggu mengayunkan tongkatmu di tengah-tengah para "Kungyan"?
Sedang anak-anakmu masih muda, disana ia duduk sambil keluar tawa. Menunggu keringatmu jatuh di kantongnya.

Astaghfirulloh, inikah yang sering di sebut gado-gado Victory ada pedas, manis, asam, asin tapi pilu rasanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun