Open minded katanya, kaum yang punya pemikiran terbuka ini sekarang justru bagiku mengerikan, bagaimana tidak toh semuanya dianggap sah-sah saja oleh mereka yang memilih jalur ini secara lurus atau no filter. Terus terang ini merupakan sifat yang bagus untuk beberapa hal tertentu bagiku dalam menyikapi kehidupan, karena makna yang aku punya dengan kamu atau mereka punya sudah pasti berbeda tidak bisa dipaksakan karena filter kita memang berbeda satu sama lain.Â
Sosial media jika para pembaca yang mengikuti perkembangan seputar issue mungkin sudah tau kontradiksi antara kaum open minded (superior) dengan tertuduh kaum close minded (inferior), yah seperti jargon yang muda yang berbahaya semacam berfikir semauanya bisa selesai dengan logika. gelisah pada sekian hal fenomena yang kutangkap dari sosial media adalah mengenai cinta, lawan jenis mungkin sudah biasa, sesama jenis yang buatku bertanya-tanya. Semua orang pasti belajar, tapi kontrol mengenai pengetahuan yang ada di diri kita itu hak personal.
takjub adalah ketika tidak setuju dengan masalah sesama jenis ini langsung mendapatkan label close minded , well semua orang pasti berdosa. Secara ideologi yah open minded sesuai dengan kodratnya TERBUKA dan itu sah-sah saja akan tetapi hal tersebut menjadi bahan mentah yang seharusnya di olah dengan akal budi kita walaupun godaan kenikmatan itu bebas nilai lewat cara benar atau salah. Degradasi Nilai-nilai tantangan bagi kita semua yang akhirnya memaksa ke- Open Minded -an ku kamu atau mereka yang mempunyai nalar sama terdegradasi menjadi close minded
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H