Mohon tunggu...
Muhammad  Munir
Muhammad Munir Mohon Tunggu... Penulis - Rumpita adalah Rumah Kopi dan Perpustakaan yang dalam pergerakannya konsentrasi di bidang penguatan literasi

Penggiat Literasi Sulawesi Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wisata Buku, Mungkinkah?

23 Maret 2023   04:52 Diperbarui: 23 Maret 2023   04:58 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul diatas menarik untuk direspon, setidaknya menjadi acuan dalam berdiskusi bahwa hari ini Kota Pendidikan Majene memang konsentrasi ke pariwisata sangat terasa gregetnya. Demikian juga Pemerintah Sulawesi Barat yang tak juga menunjukkan keberpihakannya terhadap gerakan literasi. Ini tentu menjadi PR bagi pustakawan terutama Perpustakaan Daerah untuk lebih kreatif memanage perpustakaannya, sebab hari ini Perpustakaan tak ubahnya seperti gudang buku.

Perpustakaan mesti keluar dari stigma jelek sebagai gudang buku, termasuk para penggiat literasi mesti sudah beranjak dari tradisi melahirkan bacaan, memperjuangkan bacaan dan tak lagi hanya menjadi agen buku atau kuli buku. Bacaan hari ini menjadi penentu agar kita tak hanya berlindung dibalik kata minat baca rendah.

Masyarakat kita sesungguhnya tidak rendah minat bacanya, tapi yang terjadi adalah akses bacaan sulit bagi mereka terutama bagi mereka yang tinggal di daerah 3T. Pustakawan tak lagi elok menghukumi masyarakat dengan segudang persentase minat baca, sebelum kita benar benar telah menyiapkan bacaan yang mereka (masyarakat) minati. 

Bagaimana mungkin anak-anak di gunung minat membaca jika koleksi buku kita lebih banyak bacaan tentang perahu, ikan laut dan lainnya. Begitupun sebaliknya bagaimana mungkin anak anak-anak pesisir tertarik baca buku jika bacaan yang kita suguhkan lebih banyak tehnik budi daya bawang merah, bawang putih, dan buku budidaya lainnya. Lebih parahnya lagi, kita kadang tak sadar masukbdi wilayah kampus dengan buku budidaya saja, padahal harusnya buku budaya, filsafat dan kajian yang mesti lebih banyak.

Tiba pada persoalan, bagaimana melengkapi koleksi bacaan yang representatif bagi masyarakat karena para penggiat literasi hanya mengandalkan nurani dan kerelaan untuk bergerak menjajakkan bacaan ke masyarakat sementara anggaran dan bantuan pengadaan buku adalah bahasa kuno yang tak mereka fahami. Disatu sisi, para petugas perpustakaan daerah lebih banyak jadi peternak mobil pustaka keliling dan menjadikan perpustakaan sebagai profesi. Perpustakaan mesti dikelola secara profesional, tidak sekedar jadi profesi untuk mencatat cashflow dan alur masuk keluarnya buku. Perpustakasn wajib melakukan gebrakan perubahan agar perpustakaan tidak kalah menariknya dengan obyek wisata.

Mari bangun dan Ciptakan Gerakan Wisata Buku !.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun