Mohon tunggu...
Rizki Bagus Ammali
Rizki Bagus Ammali Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang penyendiri penyuka jurnalistik, design, dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bolehkah, Bu?

4 Maret 2013   02:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:22 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ibu….

Apa Ibu tau? Sejak SD aku sudah memantapkan hatiku agar suatu hari nanti aku ingin pergi berkeliling dunia dan membawamu bersamaku.

Apa Ibu tau? Ketika aku SMP, aku berjanji aku akan menjadi orang yang jauh lebih sukses daripadamu. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa suatu hari nanti engkau bisa menengadahkan wajahmu di hadapan teman-teman dan keluargamu dan bangga saat menceritakan kisahku pada cucumu.

Apa Ibu tau? Ketika aku SMA, aku bertekad untuk mengantarkanmu ke rumah Allah dengan usahaku sendiri.

Dan apa Ibu tau? Bahwa semua kuinginkan, semua yang aku lakukan, semua itu adalah untukmu dan aku tahu bahwa tak satupun dari semua itu yang mampu membayar semua jasamu padaku.

Sungguh, aku sangat menyayangimu, Ibu…

Aku tahu bahwa aku tak berhak mengatakan hal ini setelah semua kasih sayang yang telah engkau berikan padaku. Tapi, mengapa engkau menghalangi semua keinginanku? Mengapa engkau merasa berat untuk membiarkanku menggapai cita-citaku?

Allah berkata, Allah nggak akan mengubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak berusaha. Tapi, engkau membuatku menyerah sebelum aku sempat berusaha. Apakah nasibku kelak akan sepertimu, ibu? Apakah kelak aku akan kesulitan membuat anakku meraih mimpinya sebagaimana engkau kesulitan memberikan yang aku cita-citakan?

Benarkah Allah akan merestui apa yang engkau restui sedangkan disini aku tak berhenti mencaci? Apakah Allah akan merestui jalan yang saat ini kutempuh sedang aku mengawali karirku disini dengan cara yang tidak halal?

Sungguh, aku sangat mencintaimu, Ibu. Aku akan melakukan apapun untuk dapat melihatmu bahagia.

Tetapi, apakah itu berarti aku tak boleh membahagiakanmu dengan caraku?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun