Mohon tunggu...
Rumondang Ernawati Sitohang
Rumondang Ernawati Sitohang Mohon Tunggu... Guru - Proud Mom. Bahagia itu jika masih bisa traveling, menulis dan bernyanyi

Seorang pendidik, blogger.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Miskonsepsi dalam Menghitung Biaya Peluang

17 Februari 2022   12:36 Diperbarui: 17 Februari 2022   13:00 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi

Hai Adik-Adik siswa SMA jurusan IPS! Dalam mata pelajaran ekonomi, tentu kalian sering mendengar istilah biaya peluang (opportunity cost) bukan? Apa itu biaya peluang? Bagaimana cara menghitungnya? Yuk disimak, jangan sampai terjadi miskonsepsi dalam menghitung biaya peluang!

Sebelum menghitung biaya peluang, kita harus tahu apa itu biaya peluang (biaya oportunitas). Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992: 154) biaya oportunitas dari suatu tindakan, merupakan peluang yang hilang atau biaya yang terjadi dengan melaksanakan tindakan yang dipilih. Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa biaya peluang adalah biaya yang dikorbankan karena memilih suatu pilihan. Biaya peluang merupakan second best choice. 

Dalam menghitung biaya peluang, sering terjadi miskonsepsi dengan cara menjumlahkan semua hasil dari alternatif pilihan yang tidak dipilih. Ini salah! 

Contoh: setelah lulus kuliah, Ani dihadapkan pada 3 pilihan. Yaitu, bekerja di bank dengan gaji Rp.4.000.000 per bulan, bekerja di perusahaan asuransi dengan gaji Rp.7.000.000 per bulan dan membuka usaha sendiri dengan profit Rp.5.000.000 per bulan. 

Ketika Ani memilih untuk membuka usaha sendiri, berapa biaya peluang yang timbul? Seperti yang saya uraikan sebelumnya, biaya peluang adalah second best choice maka untuk kasus Ani, biaya peluang adalah Rp.7.000.000 bukan Rp.11.000.000.

Miskonsepsi yang kedua. Contoh: setelah lulus kuliah dari fakultas ekonomi, Arman dihadapkan pada 3 pilihan. Pilihan pertama, bekerja di perusahaan temannya dengan gaji Rp.10.000.000 per bulan. 

Pilihan kedua, membuka restoran dengan modal Rp.120.000.000. Pilihan ketiga, bekerja menjadi guru dengan gaji Rp 5.000.000 per bulan. Seandainya Arman mendepositokan uangnya, maka dia akan mendapatkan bunga deposito. Asumsi suku bunga deposito sebesar 5% per tahun. 

Dari data tersebut, berapa biaya peluang yang timbul saat Arman memilih untuk membuka usaha? Apakah Rp.10.000.000? Jawabannya bukan. Jawaban yang benar adalah Rp.10.500.000. Mengapa demikian? Uang tabungan Arman yang digunakan untuk membuka usaha, jika didepositokan maka akan menghasilkan bunga sebesar Rp.500.000 per bulan. 

Dan ini merupakan bagian dari biaya peluang yang bisa didapatkan tanpa mempengaruhi aktivitas bekerja di perusahaan teman maupun saat menjadi guru. Jadi biaya peluangnya adalah Rp.10.000.000 ditambah Rp.500.000. 

Cukup jelas bukan? Nah sampai di sini dulu, semoga kalian dapat menghitung biaya peluang dengan benar. Sampai jumpa di lain tulisan. Salam sehat.

Kota Industri, 17 Februari 2022 (11.45 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun