positif? Dulu kalau mendengar kata positif, hati pasti senang bukan? Ketika anak berhasil dalam studinya, dengan bangga orang tua akan mengatakan bahwa semua itu karena anaknya selalu melakukan hal-hal positif. Ketika seorang calon ibu mengandung, dengan mata penuh cinta akan berkata pada suaminya,"Mas, aku positif." Saat seseorang diterima bekerja di suatu perusahaan dengan hati yang girang akan berkata, "Hore, aku positif diterima!"
Apa yang Anda rasakan ketika mendengar kataKata positif pada kalimat yang saya tulis sebelumnya, bernilai positif. Tapi apa yang terjadi saat ini. Apakah kata positif masih bernilai positif? Kata positif telah mengakibatkan kita terpisah jarak dalam waktu cukup lama. Kata positif mengakibatkan pembelajaran dilaksanakan secara online. Kata positif juga membuat orang was-was untuk melakukan tracing. Kata positif mengakibatkan seseorang takut memeriksakan diri saat memiliki gejala, dengan alasan takut positif. Hahaha.
Kata positif yang bernilai negatif saat ini adalah ketika menerima kabar positif Covid. Ketika saya memeriksakan diri ke dokter (seperti yang saya lakukan beberapa hari yang lalu) saya pun banyak-banyak berdoa. Berharap hasil SWAB Antigen saya tidak positif. Terima kasih pada Tuhan, hasilnya negatif. Saya yakin, Anda tidak menginginkan hasil positif bukan?
Pandemi Covid yang sudah dua tahun melanda dunia, telah mengubah tatanan kehidupan dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Tapi kita tak perlu mengeluh terlalu lama. Pandemi Covid harus kita dihadapi. Budaya hidup bersih, prokes ketat, penegakan aturan yang tegas harus menjadi tanggung jawab bersama. Semua itu harus dilakukan agar tidak positif Covid. Yuk, jaga kesehatan, sayangi diri! Salam sehat.
Kota Industri, 8 Februari 2022 (10.40 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H