Lalu,
Kembali lagi aku
menjadi kayu.
Atas
pertempuran-pertempuran,
Lagi-lagi,
Setelah
pertempuran-pertempuran,
Aku haus menjadi air mata.
Ketika kesepian yang ngilu,
Aku menangis dari kesendirian yang panjang,
Meminum bergelas-gelas penderitaan yang
baru,
Dan,
Pertempuran-pertempuran itu
Setelah berwindu musim bertukaran
dan Ketika ranjang
pengantin kita terbakar, tiba-tiba, malam itu,
Aku teringat:
Tentangku sebuah musim masa kecil...
Suatu malam,
Lalu,
Setelah bosan akan
pertempuran-pertempuran,
Kulayarkan perahu...
Lalu,
Aku tidak pernah
merindukan musim bersamamu.
Aku hidup bersama musim ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H