[caption id="attachment_333711" align="aligncenter" width="598" caption="Idris Sardi, salah satu seniman besar Indonesia yang tutup usia hari ini, 28/04/2014 (Tribunnews/Iwan Setiawan)"][/caption]
Mas, ada beberapa pertemuan sangat penting yang saya catat dan akan saya simpan sebagai kenangan indah saya dengan Mas Idris.
Pertama.
Suatu sore di tahun 1980 di preview room Studio PFN. Sore itu saya bersama teman-teman, sambil lesehan sedang merekam musik film saya yang pertama. Judul filmnya "Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa" yang disutradarai alm. Mas Arifin C Noer.
Di lantai preview room, tepatnya di depan screen, sambil lesehan saya sedang merekam musik menggunakan alat musik kecapi, gitar, syntheziser, suling bambu dan rombongan jaipong dari Kramat Tunggak; tiba2 saja dengan sangat mengejutkan, Mas Idris Sardi bersama rombongannya masuk. Mas Idris datang untuk melakukan pengecekan salah satu musik filmnya yang sedang dalam proses penyelesaian.
Melihat saya dan teman2 lesehan dengan alat musik berserakan di mana-mana, Mas Idris menghampiri ( mungkin aneh melihat ada kegiatan semacam itu di ruang preview room.
"Sedang bikin apa, dek?"
"Bikin musik film, om" Jawab saya. Saya yakin mas Idris heran atau tersenyum dalam hati mendengar jawaban saya dan melihat pemandangan yang ada.
Beberapa bulan kemudian, tiba saat FFI 1980 yang diadakan di kota Semarang, persis seperti FFI tahun 2013 yang lalu. Tak saya duga, saya termasuk yang dinominasikan untuk memperebutkan Musik Terbaik. Dalam suatu Gala Dinner yang disponsori oleh Lux, para nominator ( nominee ) ditampilkan di atas panggung untuk diperkenalkan kepada para hadirin.
Saat saya sedang mencari posisi untuk berdiri berjajar dengan nominator yang lain, tiba-tiba tangan saya ada yang menarik ke belakang. Ternyata Mas Idris. Saya ditarik ke belakang layar oleh Mas Idris sambil beliau berkata, "Kamu yang bikin musik di preview room itu, kan?"
"Betul, om."
"Bagus! Selamat! Teruskan!"