Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

KPK: Jangan Salah Tanam, Jangan Salah Bibit

19 Juni 2024   11:34 Diperbarui: 19 Juni 2024   11:42 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambarpansel menyaambangi KPK (sumber, Dok. Kompas TV)

Kita semua sudah tahu, KPK era Firli Bahuri, KPK era Jakowi periode kedua, tak punya wajah lagi, nyungsep kedalam kubangan korupsi itu sendiri. Apa sebab ? Salah tanam, salah bibit. Siapa sih " petaninya " itu ? Pansel ! Siapa big bosnya ? Jakowi, si presiden kita semua. Kenapa Jakowi dibawa-bawa ? Jakowi yang merestui revisi UU KPK yang berdampak KPK dibawah kekuasaan eksekutif yang ujungnya adalah Presiden. KPK sudah kehilangan independensi lagi. KPK sudah mulai busuk berbelatung.

Depan Layar; Salah Tanam

Terlihat, terpampang dan terekspos, Pansel salah tanam Firli di era " mjusim tanam " tahun 2019. Pansel bersikukuh untuk tetap tanam Firli, padahal sudah diingatkan. Agus Raharjo sebagai ketua periode sebelumnya sudah menulis surat terbuka kepada Presiden. Deputi Pengawasan KPK juga sudah meneriakan " daftar dosa " Firli, khalayak juga sudah membaca rekam jejak Firli .Kurang apa lagi ? Presiden tutup mata tutup telinga. Pansel malah bersuara, sumbang; kami bukan pemuas ICW. Gila !

     Pansel tetap " ngotot " untuk tanam Firli. Apa jadinya ? Frrli pun ugal-ugalan, bikin tes wawasan kebangsaan abal-abal. Sok paling berwawasan paling nasionalis. Dia jadi sapu pembersih tapi sapu itu sendiri penuh kotoran, tentu saja yang tersapu orang orang yang bersih seperti Novel Baswedan Cs. 

Karena orang-orang bersih nyaris semua tersapu, maka yang tertinggal didominasi oleh orang-orang yang kotor.Apa akibaatnya ? Menangkap Harun Masiku tak becus. Puncaknya, kasus pemerasan sampai " T " rupiyah nilainya oleh si ketua KPK sendiri. Fenomenal dan fantastis sekali!

     Itu semua apa penyebabya ? Hanya satu kata ; Pansel ! Apakah pansel orangnya bodoh-bodoh ? Tidak, mereka berpendidikan tinggi semua . Apakah orang-orang pansel itu cacat fisik buta dan tuli ? Wow ..... sangat tidak,sangat jauh, mereka sempurna mempesona wajah dan tubuhnya. Lantas apa penyebabnya pansel membodohi diri sendiri, membutakan diri sendiri dan menulikan diri sendiri seperti itu ? Terlepasnya integritas; kejujuran hati dan kesucian hati.. karena terkontaminasi kepentingan politik disana-sini

     Lalu bagaimana yang di idamkan untuk pansel kedepan untuk memilih ketua KPK periode 2024 -- 2029 nanti ? Melihat pengalaman tahun lalu itu, tentu diperlukan personil yang berintegritas tinggi. Tapi itu baru " content "nya, sebenarnya yang lebih fundamental lagi adalah masalah struktural hukumnya, kembalikan UU KPK sebelum revisi versi Jakowi.

Belakang Layar; Salah Pilih Bibit

Salah tanam, itukarena salah  bibit. Salah bibit itu karena salah pilih. Emangnya tidak ada bibit-bibit yang baik ? Ada. Banyak. Tapi mengapa pilih bibit yang buruk ? ( Masa' sih kalah sama petani yang nota bene orang ndesa, kalau mau tanam pilih bibit unggul di took tani ). Karena selera rendah. Kenapa selera rendah ? Terkontaminasi banyak kepentingan, terbelahnya waasan, terkooptasi kekuasaan yang menggerus integritas.

     Proses pemilihan ada dibelakang layar. Proses seleksi ada di dalam ruang. Uji kompetensi calon pimpinan yang akan datang ini, akan diuji oleh DPR lama atau DPR baru ? DPR lama apa masih keburu ? Disini eksekutif sudah bisa bermain-main. Pahamkan, untung ruginya diuji oleh anggauta DPR lama dengan DPR baru ? DPR lama banyak yang sudah berpengalaman, ini bisa menjadi " hambatan " untuk mengegoalkan jagonya misalnya. Kalau diuji oleh anggauta DPR yang baru, bisa dikendalikan karena belum berpengalaman, bisa duduk jadi anggota saja sudah senang.

     Padahal tahap ini krusial sekali. Imi sudah masuk kedalam episentrum politik praktis, yaitu  kekuasan atau kewenangan-kewenangan . Tidak tertutup kemungkinan pada tahap ini terjadi kasak-kusuk, cawe-cawe, intrik, intevensi politik itu terjadi. Mengungat secara structural KPK berda dibawah subordinasi kekuasaan eksekutif. Apa lagi kalau presidennya sudah dikenal " gatal tangan " suka cawe-cawe, apa tidak berabe ???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun