Pesawat yang kami naiki, ketika mendarat di Madinah airport, waktu sudah jauh malam. Ketika di bandara Kuala Lumpur, kami sedkit-sedikit masih bisa atau paham berkomunikasi, karena bahasanya masih serumpun. Namun, tidak demikian halnya ketika di Madinah ini, kami serasa kehilangan kata-kata.
Suasana Arab
Turun dari pesawat, memasuki ruang bandara, aroma Arab segera terasa. Yang pertama, Tulisan-tulisan teks informasi berupa tulisan " Arab Gundul " _ kecuali tulisan EXIT _ dengan jenis huruf yang bukan naskhi yang biasa kita temui di buku-buku, jadi ketika coba-coba membaca ya malah jadi pusing juga.
Lalu ketika kami mendekati ruang pemeriksaan imigrasi, kami disambut oleh seorang petugas wanita bercadar, berucap " khomsah" sambil tangannya mempersilahkan tempat yang dimaksud, yaitu loket no lima.Â
Petugas imigrasinya juga bercadar. Saya tidak tahu, apakah itu orang Arab atau bukan. Tapi katanya wanita Arab tidak keluar rumah untuk bekerja, yang bekerja adalah suaminya. Apakah gambaran saya selama ini yang pernah saya baca atau saya dengar itu salah ataukah situasi yang memang sudah berubah? Ataukah selama ini saya menerima "framing" yang salah??? Padahal sebagai petugas imigrasi yang dihadapi adalah lawan jenis juga. Bukan hanya wanita-wanita saja.
Sementara itu, dari rombongan kami yang sudah melewati pemeriksaan imigrasi, berkumpul dibelakangnya sana. Selama menunggu teman yang lainya itu, ada juga yang ke toilet. Ada Tulsan toilet dan juga Bahasa Arabnya, yaitu " hamaam ".Â
Setelah semua selesai, kami masih ngumpul disitu, karena berembug, selanjutnya kemana dan gemana sambil  dududk begitu saja dilantai. Tahu-tahu kami didatang polisi dan " diusir " agar pindah dari tempat itu. Tempat itu mau di pel lantainya, malam-malam begini ngepel ?!
Oh ya, polisi atau petugas security disini juga berseragam doreng-doreng seperti tantara atau hansip kalau dinegara kita. Cuma warnanya lebih kalem, tidak hijau kontras, tapi agak kelabu dan lembut sesuaiwarna alam gurun yang juga coklat lembut. Kamipun berjalan menuju jalan keluar.Â
Paspor kami diperiksa lagi, kami diberitahu buka halaman yang baru distempel dan tunjukan pada petugas sambal jalan. Jadi polisi disini kesannya bertugas melayani dan menjaga ketertiban pelayanan public. Dalam Bahasa Arab, mereka disebut askari.
Masjid Uhud
Keluar dari bandara, rombongan kami sudah disambut oleh seseorang. Ia kemudian memperkenalkan diri sebagai muthowif atau pembimbing ibadah umroh disini. Ia orang Indonesia juga, asli Madura yang sudah tinggal disini. Kerjaannya disini ya itu. sebagai muthowif, bila ada rombongan jama'ah umroh yang membutuhkan jasanya. Dan itu sudah banyak dilakukan, termasuk jama'ah dari Malaysia juga.