Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada "Bermain" Spekulasi Disini

2 Oktober 2023   11:53 Diperbarui: 2 Oktober 2023   13:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pild google form sat pandemi ( sumber : doc. pribadi )

Sebelum model soal pilihan ganda menjadi populer dan menjadi andalan seperti sekarang ini, seingat saya dulu di tahun tujuhpuluhan, bentuk soal tes-nya adalah B -- S ( Benar -- Salah ), isian singkat yaitu  soal lalu .... untuk di isi dan soal uraian. Untuk soal model benar salah, sebagai " prolog "-nya atau untuk " warming up ". Sedang intinya adalah soal isian singkat atau uraian.Tapi sekarang, B -- S  sudah " tereliminasi " sedangkan soal model uraian juga " terpinggirkan " , tak lebih hanya sebagai " pelengkap penderita " saja.

Praktis

Soal model pilihan ganda, saat ini boleh dikata digunakan disemua lini, mulai dari ulangan harian, tes semester, UN atau US ( dulu ) , seleksi masuk , Buku Paket Siswa, Modul Ajar tak lepas dari soal model pilihan ganda. Bahkan AN B K( Asesment Nasional ) yang digadang-gadang sebagai pengganti UN yang katanya  validitasnya lebih tingi untuk " memotret " gambaran suatu sekolah, juga dengan model soal pilihan ganda. Mengapa pilihan ganda seakan menjadi primadona ?

     Alasan yang pertama adalah karena kepraktisannya dalam mengoreksi hasilnya. Bikin kunci diatas kertas lembar jawab kosong, dilobangi ditempel diatas kertas lembar jawab yang mau dikoreksi tinggal dilirik sedikit, sudah nampak mana yang salah dan yang benar, lalu tinggal ditulis berapa jumlah yang benar. Kalau males bikin kunci dengan kertas dilobangi, bisa dengan mika, diberi tanda dengan spidol, selanjutnya prosesnya sama dengan yang pertama. Setengah menit satu lembar jawab. Bila satu kelas dengan jumlah siswa 32, maka hanya dibutuhkan waktu untuk mengoreksi 16 menit. Bila mengampu tujuh kelas ( paralel ) berarti 7 x 16 menit = 112 menit , tidak nyampai dua jam mengoreksi lembar jawab sebanyak 224 lembar " kelar " sudah, jadi praktis bukan ?

     Bahkan dijaman I T seperti sekarang ini, lebih cepat lagi. Pada saat daring dulu, dimana ulangan atau tes dengan menggunakan aplikasi Google Form, hasil bisa langsung keluar. Selain itu soal bisa diajak urutannya, sehingga antara siswa yang satu dengan siswa yang lain bisa bebeda   untuk soal yang sebenarnya sama. Karena kepraktisannya , dalam seleksi CPNS atau Uji Kompetensi model inilah yang dipakai. Kalau ada yang mudah kenapa harus cari yang sulit ? Soal peserta tes atau peserta didik protes, atau tidak puas dengan model soal pilihan ganda karena menuntut banyak ingatan, soal pilihan ganda yang " patuh " dapa HOTS tidak akan begitu , dan tes soal model apapun, yang namanya tes ya sulit karena memang sedang untuk menguji atau sedang untuk mengukur kemampuan atau karena memang sedang untuk menyaring atau menyeleksi. Bukan jaminan diganti denga model soal uraian menjadi lebih mudah, justru lebih sulit !

     Sementara itu, bila soal model isisan, apa lagi model isian uraian terbuka, maka harus " dipelototi " satu persatu nomor per nomor, belum lagi pertimbangan jumlah soal. Jadi sangat memakan waktu. bayangkan seorang guru harus mengoreksi lembar jawab sebanyak 224 lembar, dengan julah soal sebanyak 20 nomor. Satu nomor butuh waktu misalnya rata-rata setengah menit, itupun kalau tulisannya bagus enak dibaca. Satu lembar sepuluh menit, 224 lembar kali sepuluh menit sama dengan 2.240 menit setara denga 37 jam lebih. Melelahkan bukan ? Bayangkan pula bila itu pada tes  seleksi masuk, yang jumlahnya ribuan ? Pusing bukan ?

Soalnya yang HOTS

Menjelang " gonjang -- ganjing " UN, menghadapi masa " senja kala ", waktu itu muncul pemikiran baru untuk meningkatkan kwalitas soal yang nota bena adalah pilihan ganda. Hal tersebut dimaksudkan untuk merespon tudingan miring dimana soal pilihan ganda hanya bersifat menghapal, sehingga terkesan " cethek  " atau dangkal pemahaman siswa. Maka kemudian muncullah istilah HOTS untuk dijadikan wawasan landasan dalam membuat soal yang bermutu. Tentu saja HOTS ini tidak muncul begitu saja, tiba -- tiba jatuh dari langit, melainkan sudah ada " landasan teorinya " yaitu yang dikenal dengan istilah " Taksonomi Bloom "

     HOTS adalah singkatan dari Higher Order  Thinking Skill, yang maksudnya adalah kemampuan kognitif yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi ( https://kumparan.com.berita terkini ). Adapun kognitif adalah keterampilan mental seputar pengetahuan. Kognitif oleh Bloom hanya diartikan secara global hanya bermakna pengetahuan saja. Hal itu kemudian disempurnakan penjabarannya oleh Lorun Anderson, David  Kartwol dkk menjadi lebih terperinci yang meliputu; mengingat ( rembering ), memahami ( understanding ), mengaplikasikan ( applying ), menganalisis ( analysing ), mengevaluasi ( eavluating ) dan mencipta ( creating ). Untuk kategori satu sampai tiga, tergolong tingkat berpikir rendah, sedang kategiri empat sampai enam tergolong proses berfikir tingkat tinggi.

     Dengan demikian, dalam pembuatan soal, walaupun model pilihan ganda, tapi harus mengacun pada type -- type berfikir dalam kaidah HOTS. Sehingga soal -- soal tersebut memiliki bobot mutu ilmiah yang baik, secara akademik bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya.

Spekulasi Tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun