Bahwa Asi itu lebih baik dari pada susu formula, tentu sudahbanyak yang tahu. Hanya saja mungkin masih banyak yang kurang ( untuk tidak mengatakan tidak ) menyadarinya. Oleh karena itu, muncul tindakan " menggampangkan " mengganti ASI denga susu formula dengan alasan yang remeh atau bahkan tanpa alasan. Tentu tidak semua ibu-ibu ( muda ) bersikap seperti itu, bisa juga memang karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk memberi ASI pada anaknya secara maksimal, misalnya karena bekerja.
Moment Arisan
   Berkaitan dengan menyusui bayi ini, yang kadang muncul problemanya adalah adanya " kemalasan " dikalangan ibu-ibu muda untuk menyusui anaknya. Padahal mereka adalah ibu ibu rumah tangga biasa. Tapi arena mereka memang ibu-ibu muda yang tergolong " anak muda jaman now " sehingga lebih berpikir kegaya hidup " modern " yang lebih ke gaya hidup kekinian .Setidaknya itulah kesan yang muncul dari " sadapan " info yang penulis tangkap.
   Umumnya memang ibu-ibu yang baru pertama untuk menyusui bayinya, akan menghadapi kendala, yaitu air susu susah keluar. Ini memang butuh kesabaran dan ketelatenan dan perlu menimba ilmu pada ibu-ibu yang sudah senior dalam menghadapi hal yang seperti itu. Atau ibu-ibunya yang senior aktif memberi bantuan pada anaknya yang baru punya bayi itu. Nah, kesulitan seperti itu, serta kurangnya edukasi dari yang senior, serta terpaan gaya hidup kekinian, akhirnya ambil jalan pintas, diberi susu formula meninggalkan ASI. Hal seperti tiu tentu sangat disayangkan sekali.
   Sebenarnya mereka bukannya tidak tahu, tapi kurangnya kesadaran saja, sehingga langkah yang perlu diambil adalah mengedukasi untuk menumbuhkan kesadaran mereka pentingnya memberi ASI pada bayi agar mereka mau menyusui dengan senang hati. Tentu hal ini membutuhkan kerja sama dengan pihak lain, misalnya pihak kesehatan dari puskesmas atau para bidan atau lebih spesifik lagi bidan desa. Sebaiknya petugas kesehatan atau relawan atau LSM aktif jumput bola, turba kebawah.
   Caranya yang mudah adalah memanfaatkan moment arisan ibu-ibu. Kenapa tiak ? Bukankah ini cara yang praktis ? Mereka sudah berkumpul dengan sendirinya. Apalagi urusan snack juga sudah tersedia, jadi juga ekonomis. Tinggal keaktifan para relawan atau petugas kesehatan saja untuk menjalankan aksi nyata. Tentu hal ini perlu dimusyawarahkan dulu dengan ibu ketua arisan atau ibu ketua RT biasanya. Tak perlu setiap arisan, mungkin setiap tiga bulan sekali untuk memberi info tentang kesehatan ibu dan anak atau yang berkaitan dengan kewanitaan. Dan sebaiknya, bila petugas dari puskesmas, jangan berpenampilan formal, tapi gaya bebas; baik kostumnya maupun gaya bicaranya. Bersikap familiar, untuk menghilangkan jarak dengan ibu-ibu wanita desa, sehingga mereka namti tidak akan sungkan pula untuk curhat.
Dari Pada Promo
   Acara penyuluhan dengan memanfaatkan moment arisan, sebaiknya diadakan sebagai pra acara arisan itu sendiri. Mengapa ? Pertama, berdasarkan pengamatan dan info, sebenarnya sebelum acara arisan, mereka butuh ada yang bisa mengisi " acara ceramah " untuk memberikan info -- info penting. Berdasarkan pengalaman pribadi, istri penulis kebetulan guru dan satu-satunya, pernah didulat untuk mengisi " pra acara " setiap arisan. Tapi karenadia guru " eksak " orangnya juga " eksak " , tidak terbiasa ngomong " materi bebas " apa lagi yang kekinian, akhirnya ya dia menolak dengan bahasa yang " eksak " juga. Karena tidak ada yang ngisi, setiap acara arisan, pada acara pra arisan akhirnya di isi dengan tahlilan oleh " ibu nyai " disamping sekilas info penting kadang tentang yang berkaitan dengan pemerintahan dari ibu ketua RT.
   Bagus juga sih diisi dengan tahlilan, tapi juga perlu diingat, bagaimana kalau ada ibu-ibu yang non muslim, masalah juga kan ? Hanya kebetulan arisan dilingkungan istri penulis memang muslim semua. Kalaupun ada yang non muslim, sebenarnya juga tetap bisa diatur. Ma'af bukan mau mengalihkan masalah, tapi masalah yang sebenarnya ada waktu pra arisan yang bisa dimanfatkan untuk edukasi masalah ASI bagi para ibu-ibu. Hal itu lebih baik, dari pada untuk acara promo barang oleh sales. Ini mendidik atau mengajak ibu-ibu jadi konsumerisme.
   Pernah ada acara penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi wanita, yaitu kanker rahim yang lagi marak. Bahkaan ada door prize kecil-kecilan pembagian minyak goreng kemasan mini. Tapi karena ini sebenernya promo dari sales, ujung-ujungnya penawaran alat untuk mendeteksi kanker rahim. Mau ngga beli ngga enak, sudah kadung dikasih door prize. Apa lagi orang jawa, rasa sungkannya tinggi. Psikologi bisnis pun bermain. Nah, kena kan ?!
   Tapi perlu klarifikasi disini, penulis tidak bermaksud " menghalalkan tahlilan dan mengharamkan promo " pada pra acara arisan seperti itu. Tahlilan di isi secara rutin itu bagus, dan ada kalanya di isi dengan acara penyuluhan kesehatan dan sekali-sekalai acara promo juga tak apa. Semua itu kita butuhkan dengan " porsi " yang berbeda-beda. Alasan yang kedua ; acara pra arisan ini justru penting, agar arisan tak sekedar datang, kocok, dapat uang ( bagi yang dapat ) lalu bubar pulang, tak ada oleh-oleh ilmu apapun untuk dibawa pulang. Mereka sebenarnya juga butuh waktu agak panjang untuk bersosialisasi " tukar kawruh " atau istilah modrennya saling sharing. Kalau acara sosialaisai diletakan sesudah arisan dikocok, mereka nanti keburu ingin pulang.