Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makam Tanpa Kijing

11 Juli 2023   09:51 Diperbarui: 11 Juli 2023   09:53 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuburan Baqi tanpa kijing karena hukum syar'i ( sumber: laduni.id)

Di desa, masalah pemakaman tidak ada masalah. Tempat makam atau kuburan, aman dari desakan pemukimam warga. Prosesi pemakaman didesa nol rupiah. Tempat makam di desa juga terbuka sekali, artinya siapa saja yang bermaksud hendak dimakamkan disitu, boleh banget. Tipikal kehidupan di desa, masih memungkinkan untuk terjadi hal yang seperti itu

Ada Jarak

Di desa, setiap desa memiliki tempat makam atau kuburan bisa dipastikan lebih dari satu. Bagi orang desa, bila mau memakamkan orang meninggal, tidak ada masalah dari segi tempat..Lokasi makam juga sangat gampang dijangkau. Sejauh-jauh lokasi makam di desa, masih tetap terbilang dekat karena masih dilingkungan desa mereka juga. Adapun lokasinya biasanya ditepian desa dekat sawaah, bahkan ada yang ditengah sawah.

     Kalaupun ditepian desa, namun tetap ada jarak dengan pemukiman warga. Apa lagi di desa umumnya orang masih ada rasa takut atau minimal merasa tak nyaman atau enggan tinggal didekat pemakaman. Jadi antara pemukiman dengan lokasi makam ada tanah atau kebun yang kosong dengan berbagai macam tumbuhan atau pepohonan yang ada didalamnya. Boleh dikata, hampir semua kuburan didesa itu juga rindang, banyak pohon-pohon besar didalamnya. Makanya kuburan di desa masih terkesan  " angker ".bila lewat seorang diri, bisa bikin bulu kuduk merinding, walaupun disiang bolong.

     Orang yang diserahi menjaga atau mengurusi kuburan disebut  " juru kunci ". Dialah yang kadang membersihkan rumput di pekuburan, disela-sela kesibukannya sebagai petani atau buruh.. Juru kunci ini tidak digaji, tapi mendapat " tanah bengkok " dari desa, bila desa itu memang memiliki tanah kas desa.  Bila ada warga yang meninggal, dia yang bertugas membuat lubang makam. Biasanya dibantu pula satu dua orang warga lainnya yang dekat dengan lokasi kuburan. Dan itu sudah " kewajiban ", tak perlu ada uang penggali kubur. Mereka hanya dianteri makanan dan minuman serta rokok saat menggali liang kubur.

     Apa lagi di desa juga tidak mengenal peti mati. Yang ada adalah keranda untuk menggotong jenazah ke kuburan. Keranda dibuat dari bambu dan ketika ada kematian, orang desa akan membebaskan untuk ditebang bambunya, bila kebetulan keluarga yang berduka cita tidak punya pohon bambu dikebunnya. Tapi sekarang lebih modern lagi, keranda dibuat dari kerangka besi bersifat permanen oleh pihak desa, jadi milik kolektif yang bisa dipakai kapan saja bila diperlukan. Jadi untuk pemakaman memang tidak butuh biaya, kecuali hanya untuk membeli kain kafan saja.

Tanpa Kijing

Lazimnya, pemakaman ada banyak kijingannya. Kijing adalah bangunan diatas makam. Bangunan  tersebut ada yang sederhana sekali dan ada juga yang  standar dan ada juga yang " mewah " . Kijing itu ada yang dibangun atau dibuat sendiri, dan ada juga yang instan, beli yang sudah jadi, tinggal pasang. Bentuk bangunan kijing, bentuk dasarnya adalah mirip " batu berundak ", hanya tinggal mau sederhana apa yang lebih baik, bahannya ada yang cukup batu bata yang diplester semen, tapi ada juga yang dilapisi dengan keramik atau bahkan batu marmer. Selain dikijing, ada juga yang diatasnya masih diberi bangunan seperti rumah dan diberi pagar besi, .mungkin karena  masih keturunan ningrat. Tapi banyak juga yang tidak dikijing, hanya diberi nisan saja.

     Kijing tersebut, keberadaannya tentu sedikit banyak akan terasa mengganggu. Sebab hal tersebut sedikit banyak juga akan " mengurangi " keleluasaan tempat. Terlebih lagi bila dibangun dengan sangat mewah tentu akan " banyak " memakan tempat, yang kesemuanya itu akan mempercepat padatnya makam. Disamping itu, ketika makam penuh dengan bangunan kijing , penggali kubur akan kesulitan untuk menggalinya. Terlebih lagi pihak keluarga biasanya ingin sanak saudaraanya dikubur berdampingan dalam satu lokasi.

     Penulis pernah takziyah di luar kota, makam penuh penuh dengan bangunan kijing dan sudah penuh sesak. Karena kebetulan penulis takziyah sudah lewat hari, sehingga ditemani oleh juru kunci disamping pihak keluarga. Karena itu agak leluasa berbincang dengan juru kunci, yang ternyata hal itu memang merepotkan untuk menggali lubang dan menurunkan jenazahnya ke liang lahat.

     Namun, ada suatu kuburan yang unik sekali, karena tidak ada bangunan kijingnya sama sekali. Kuburan itu terletak di desa tetangga penulis. Ini aneh sekali, kuburan tanpa kijing. Mengapa bisa begitu ? Agama Islam memang melarang membangun apa pun diatas makam, istilahnya meninngikan makam, kecuali bekas tanah galian saja, yang kemudian diberi nisan sebagai tanda. Makanya , di Arab ada pemakaman yang cukup terkenal yaitu Baqi yang tanpa kijing sama sekali karena alasan syar'i tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun