"Radio Republik Indonesia, bekerja sama dengan BKKBN mempersembahkan sandiwara radio;" Butir-Butir Pasir di Laut ". Penulis naskah Buce Saiyah. Sutradara Jhon Simamora ....."
SETELAH membaca salah satu Topik Pilihan di Kompasiana, tentang rencana pemerintah untuk mengekspor pasir, penulis jadi teringat " opening " sandiwara radio bersambung di RRI tahun tujuhpuluhan dulu. Bagi anak-anak generasi tahun tujuhpuluhan, tentu sangat akrab dengan ( opening ) sandiwara bersambung tersebut, karena satu-satu hiburan yang ada kala itu ya radio, apa lagi di desa, radiopun tidak semua orang punya. Tapi kita biasa dengerin radio secara  bareng-bareng saat itu. Malah asyiiik !
Tentu saja, saya disini tidak akan membahas sandiwara tersebut yang kalau tidak keliru salah satu pemainnya adalah Bung OlanSitompul, namun " butir-butir pasir dilaut " sedikit banyak meninggalkan kenangan juga bagi umumnya anak desa seperti kami yang dekat dengan pantai.Â
Tempat tinggal saya memang agak lumayan dekat dengan pantai selatan. Jaraknya kurang lebih dua setengah kilo meter. Dan ada jalan raya dari pusat kecamatan , lurus keselatan menuju kepantai. Tentu saja waktu itu keadaaan jalannya masih sangat alami sekali; jalannya tanah dan kanan kiri jalan pagar tanaman hidup, bila melewati  persawahan, kanan kiri jalan ada jajaran pepohonan yang besar-besar, yaitu pohon asem.
Gajah Gunung
PERLU diketahui, walaupun pantai dataran rendah, bukan pantai daerah pegunungan,  namun pantai tidaklah datar seperti sawah atau lapangan, melainkan dibalik pantai ada "  pegunungan pasir " yang membentang sepanjang pantai. Gunung-gunung  pasir itu biasa disebut dengan " gumuk pasir " atau kalau didaerah tempat tinggal kami, desebut dengan nma  " Gajah Gunung ".
Kenapa disebut gajah gunung ? Mungkin karena bentuknya yang " gemuk " tinggi dan besar, seperti binatang gajah.  Bukankah di Wonogiri juga ada dua buah gunung yang berdampingan  yang dinamakan " Gajah Mungkur " yang kemudian jadi nama waduk ? " Mungkur  " dalam bahasa Jawa artinya membelakangi. Gajah Mungkur ibarat ada dua binatang gajah yang saling membelakangi.
Gajah gunung ini ibarat lapisan tanggulnya pantai, namun tidak berhubungan langsung dengan  hempasan deburan ombak.  Sebab antara gajah gunung dan laut masih  ada  hamparan pantai yang landi. Dan perlu diketahui pula, walaupun deburan ombak pantai selatan itu besar, tapi anehnya seperti nyaris tidak ada kasus abrasi di daerah pantai tersebut boleh dikata.Â
Berbeda dengan daerah pantai utara, dimana abrasi pantai sangat besar, sampai " merangsek "  daerah pemukiman, padahal ombaknya  kecil, lautnyan tenang. Mengapa bisa begitu ? Ombak pantai selatan walaupun besar, tapi ombak itu juga membawa pasir, baik ketika " datang " maupun " pergi ". Akhirnya jadi " netral ", karena pasirnya tidak kemana-mana, cuma bolak-balik disitu aja.
Rumor Anak-Anak
ENTAH bermula kapan dan dari mana, dimasa itu, dimasa kami masih kanak-kanak, sudah beredar " rumor " yang mengkhawatirkan ( atau lebih tepatnya menakutkan ) bagi kami anak-anak  saat itu. Konon kabarnya, gajah gunung itu semula jumlahnya ada tujuh, dan kini sudah berkurang, tinggal empat ( kaya lagu " balonku " aja ya; balonku tinggal empat, kupegang erat-erat ).Â