Mohon tunggu...
Rumingkang Tumarima
Rumingkang Tumarima Mohon Tunggu... Dosen - KOPI PAHITPUN SELALU MENEMUKAN PENIKMATNYA

JUST DO IT

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Indomie Tanpa Bumbu

8 Januari 2025   13:20 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

indomie seleraku itulah tagline yang sudah melekat dengan indomie sejak masih duduk dibangku SD sampai sekarang yang usia sudah kepala empat, mie instan nomer satu di Indonesia, kenapa suka dengan Indomie jawabannya tidak tahu, mungkin karena strory sale sepertinya karena orang tua selalu membeli indomie akhirnya menjadi suka, mungkin kalau dihitung sudah ribuan indomie yang dikonsumsi sampai sekarang. kadang juga bingung indomie memiliki positioning yang kuat di hati masyarakat Indonesia sampai kalau pesan di kaki lima bilangnya "indomie satu pakai telur" padahal penjualnya masaknya mie merek lain.

kalau jujur indomie memiliki rasa yang umum dimiliki merek lain tidak ada yang special, dari harga banyak yang lebih enak, dari kemasan ada yang lebih bagus, dari kualitas ada yang lebih baik tetapi sampai saat ini indomie tetap menjadi pihan pertama dalam mie instan. konsumen susah bergeser atau berpindah merek karena terbentuk loyalitas yang tinggi kemudian supplychance yang baik dari mulai warung sampai kaki lima juga tersedia meskipun kadang ada kaki lima yang nakal tidak menyediakan indomie karena masalah harganya lebih mahal dibandingkan merek lainnya meskipun masih produksi Indofood. kadang karena sudah terbiasa puluhan tahun rasanya ada yang kurang kalau satu hari tidak mengkonsumsi indomie. hal yang menarik di Indonesia mungkin tidak ada dinegara lain adalah makan mie instan dengan nasi, indomie dijadikan seperti lauk pauk bukan pengganti nasi sehingga kadang dalam sajian ada menu mie instan.

ada hal yang menarik dari tanggal 29 desember sampai tanggal 08 januari 2025 dan membuat penulis bingung adalah kemasan indome mie kocok bandung tidak lengkap bumbunya kadang hanya ada bumbu dan cabe kadang hanya ada minyaknya saja tentunya sangat bikin kecewa penulis, akhirnya terjadinya kanibalisme yaitu buka kemasan baru saat dibuka hal yang sama terjadi dan dibuka lagi kemasan yang lain hal yang sama terjadi akhirnya untuk satu porsi indomie penulis harus membuka tiga bungkus indomie tentunya sangat mengecewakan dan sangat merugikan, tapi apalah daya toh tidak bisa di retur ke toko atau warung tempat penulis membelinya. dampaknya ada keraguan saat akan membeli indomie ketakutan bumbunya tidak lengkap penulis rasa itu hal yang sangat wajar karena pembeli memiliki trauma terhadap pembeliaannya tetapi karena merasa tidak bisa digantikan dengan merek lain akhirnya hanya mengganti varian produknya saja dan meninggalkan varian yang bumbunya tidak lengkap.

dalam manajemen operasional khususnya ekonomi manajerial dimana kemajuan teknologi yang semakin berkembang saat ini seharusnya kejadian ini tidak perlu terjadi lagi, seandainya proses produksi itu dilakukan secara manual mungkin akan sangat dimaklulmi tetapi kalau proses produksi sudah digitalisasi rasanya susah diterima. misal kapasitas produksi ada 1000 bungkus tentunya kebutuhan bumbu ada 2000 saset karena satu bungkus butuh 2 saset bumbu kalau mentargetkan overhead bumbu adalah 2% maka dibutuhkan bumbu 2040 saset pada saat produksi selesai akan ketahuan ada tidaknya kemasan yang tidak lengkap bumbunya dengan membandingkan sisa bumbu dengan mie yang diproduksi.

Indomie memiliki nilai yang tinggi dimata masyarakat Indonesia dan menjadi produk kebanggaan Indonesia dan sangat susah digeser oleh merek apapun meskipun banyak produk yang lebih baik dari Indomie, tentunya ini sebuah catatan yang sangat berguna bagi manajemen infood dalam quality controlnya yang lebih baik, dengan menerapkan quality control yang lebih baik lagi karena kalau ini dibiarkan akan menjadi bom waktu bagi perusahaan akibat banyaknya kekecewaan konsumen. karena dalam pemasaran produk tidak ada yang tidak mungkin hari ini nomer satu belum tentu besok. seperti kasus miwon versus sasa yang bersaing ketat, kasus Nokoa dan android, kasus blackberry dan androin, kasus IBM dan yang terbaru pertempuran hebat antara Aqua versus Leemineral awalnya Leemineral dipandang hanya pengikut pasar tetapi dengan distribusi dan edukasi informasi yang baik membuat Aqua mendapatkan pesaing yang kuat, tidak selama ini selama puluhan tahun Aqua tidak memiliki pesaing yang berarti. ditambah lagi ramainya barang barang impor yang memiliki harga kompetitif membuat masyarakat menjadi memiliki banyak pilihan dengan harga yang semakin kompetitif.

dalam tulisan ini penulias tidak ada maksud menjelekan ataupun tujuan tertentu hanya masukan sebagai wujud kecintaan penulis terhadap produk indomie dan penulis berharap indomie sebagai produk asli indonesia akan terus berkembang besar dan dicintai oleh masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun