Sekolah tinggi-tinggi, biaya mahal-mahal tapi saat lulus masih mengagur? pertanyaan tersebut sangat lumrah kita dengar ditelinga kita bahkan dengan orang terdekat kita.Â
Lalu siapakah yang salah ? pemerintah yang tidak bisa menyediakan lapangan kerja?, lembaga pendidikannya yang kurang baik yang tak bisa menciptakan output yang berkualitas? atau mahasiswa itu sendiri yang tidak bisa membuka potensi dalam mengembangkan diri??
Pendidikan menjadi prioritas dalam pembangunan di republik ini hal ini terlihat alokasi anggaran APBN 20% dialokasikan kepada pendidikan dengan tujuan dengan memiliki pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang dimiliki.Â
Puluhan jenis beasiswa dari mulai beasiswa prasejahtera sampai beasiswa prestasi untuk mendukung kesuksesan pembangunan pendidikan di Republik ini. tapi kalau ada pertanyaan kenapa hasilnya tak sebesar diharapkan seperti negara tetangga singapura dan malaysia yang sukses dalam pembangunan pendidikannya
Kurikulum yang digunakan selama ini diperguruan tinggi masih banyak perguruan tinggi masih mengedepankan kepada pendidikan dan pengajaran sedangkan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarak alokasinya masih kecil.Â
Ada dua kemungkinan yang pertama dikerenakan karena manajemen yang sulit berubah yang kedua karena anggaran yang miliki hanya bisa memenuhi kebutuhan operasional pokok saja sehingga untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat hanya mengandalkan bantuan hibah dan kerjasama dengan swasta selebihnya tidak ada.Â
Sehingga mahasiswa hanya dijejali dengan teori tanpa aplikasi langsung dilapangan dalam bentuk penelitian mandiri atau penelitian bersama sehingga cara pandang dan wawasan mahasiswa menjadi kurang berkembang.
Sumeberdaya manusia menjadi strandar penting baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan harus mempunyai kompetesi sesuai dengan bidang keilmuaannya, atau dosen hanya aktif dalam proses pembelajaran tetapi lemah dipenelitiaannya.
Sehingga mempunyai referensi keilmuan dari penelitian dan pengabdiaanya kepada masyarakat sebagai wujud aplikasi keilmuan kepada masyarakat
Kompetensi ke ilmuan yang masih lemah kita tidak bisa menyalahkan mahasiswa kompetensinya kurang hal ini juga disebabkan internal perguruan tingginya sendiri salah satunya kurangnya evaluasi monitoring kurikulum secara kontinyu dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan jaman dan menyesuaikan kebutuhan pasar tenaga kerja.Â
Sehingga saat lulus mereka tidang mempunyai kompetensi yang mumpuni sesuai dengan bidang keilmuaanya akibatnya tidak bisa bersaing dengan perguruan tinggi yang lain.