Mohon tunggu...
rumawi
rumawi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis itu Mengabadikan Dunia

6 Agustus 2009   21:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:51 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia penulisan dunia yang unik. Sebuah dunia yang dikerjakan secara personal, ketika gagasan dituangkan melalui jemari seorang penulis. Gagasan yang telah telorkan dalam tulisan, akan mengabadikan nama penulisnya sepanjang masa.. Selama tulisan itu masih dibaca oleh orang lain, semakin abadi penulisnya. Di samping mengharumkan nama penulisnya, sebuah karya penulisan juga mengabadikan suatu hal informasi, pengetahuan, gagasan bahkan nama orang lain yang meminta ditulis.


Daya dahsyat tulisan itu menjadi alasan seseorang untuk menulis. Di samping alasan lain; seperti ekonomi, dikenal orang lain serta sebagai usaha untuk transformasi pengetahuan. Dunia penulisan di negeri belum bisa dijadikan pekerjaan utama, kecuali hanya beberapa orang. Selebihnya, para penulis mempunyai pekerjaan utama, selain menulis; seperti pengajar, pengamat, motivator dan dan profesi lainnya.

Terlepas dunia penulisan sebagai pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, bahkan mengabadikan nama penulis. Seorang penulis memerlukan proses yang panjang. Proses itu adalah belajar menulis. Ada banyak cara belajar menulis, antara lain bergabung dengan pers kampus bagi mahasiswa. Para calon penulis dapat bergabung dengan komunitas penulis. Di samping itu, seseorang dapat bergabung dengan lembaga yang memberikan kursus menulis secara on line di internet. Contoh lembaga itu adalah Mizan Learning Center (MLC), yang diasuh oleh Hernowo; lembaga lain ada Sekolah Menulis On line, dan lain sebagainya.

Penulis sendiri bergabung dengan lembaga pers kampus ketika masih mahasiswa. Ketika selesai kuliah, penulis dalam belajar lebih bersifat personal; membaca buku tentang menulis, diskusi kecil dengan penulis lain dan yang sering adalah trial and error. Konsep trial and error sangat penting bagi seorang penulis. Dengan konsep itu seorang bisa mengetahui tulisannya, mana yang diterima oleh redaksi, penerbit dan tulisan yang ditolak.

Bergabung dengan lembaga-lembaga yang memproduksi penulis tersebut tidak ada gunannya, jika calon penulis itu tidak aktif. Maksud tidak aktif itu adalah seseorang harus menuliskan gagasan dalam kertas/komputer kemudian didiskusikan dengan tempat lembaganya. Seorang calon/penulis dapat menggunakan media on line (website, blog) untuk mempublikasikan tulisan. Tanpa mencoba untuk menuangkan gagasannya, seseorang akan sia-sia belaka meski sudah gabung dengan lembaga-lembaga penulisan di atas. Di samping melakukan praktik menuangkan gagasan, seseorang calon/penulis harus melakukan tikarat membaca. Tanpa membaca seorang calon/penulis akan menghasilkan karya tulisan yang tidak berisi. Sebuah tulisan yang tidak mempunyai makna.

Biodata Penulis

MA Rumawi Eswe, Penulis dan peneliti lepas, Alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta; buku yang sudah terbit: Ngarsa Dalem Dundum Warisan (Yogyakarta: LKiS, 2008), Anak Bangsawan Bertukar Jalan (Ed.) (Yogyakarta: LKiS, 2006), Konvergensi antara Hukum Islam dan Hukum Adat: Suatu Studi atas Pelaksanaan Kewarisan Swargi Sultan Hamengku Buwono IX Kesultanan Yogyakarta (Yogyakarta: Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga), "Mengenal Ahlus Sunnah Waljamah" (Bersama M. Taufik), dalam M. Thobroni (Ed.), Awal Menuju Pergulatan (Yogyakarta: Koridor Press, 2004), "Aku Di Semesta Bintang Sembilan", dalam Erna W. Dkk., Gerundelan Kaum Santri Kota (Yogyakarta: Koridor Press, 2004), Mukjizat Melahirkan Tanpa Sesar (akan terbit), Cerdas Menulis (akan terbit); tulisan-tulisannya tersebar di Harian Suara Merdeka (Semarang), Majalah Matabaca (Jakarta), Majalah Dwi Bahasa Suluh (Yogyakarta), Majalah Advokasia (Yogyakarta), Jurnal Asy-Syir'ah (Yogyakarta), Jurnal Musawa (Yogyakarta), Jurnal Sosio-Religio (Yogyakarta), Aku Di Semesta Bintang Sembilan, Koridor Pres, Yogyakarta, dan lain-lain. Peneliti di Institute for Law, Sharia, and Society Studies (ILSaSS), Jember; aktif di Komunitas Indonesia Menulis (KIM).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun