Mohon tunggu...
Choerunnisa Rumaria
Choerunnisa Rumaria Mohon Tunggu... -

an English Education department student of Yogyakarta State University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pronunciation Pendidik Bahasa Inggris, Haruskah Diberi Perhatian Khusus?

25 Februari 2014   01:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai calon pendidik bahasa Inggris, saya memberi perhatian cukup banyak pada pendidikan bahasa Inggris di Indonesia. Melihat betapa pentingnya bahasa Inggris di dunia global, sudah selayaknya bahasa Inggris diberi perhatian khusus oleh pemerintah. Apalagi, mengingat bahasa Inggris telah bergeser statusnya dari bahasa asing menjadi bahasa kedua, yang artinya, penggunaan bahasa Inggris sudah bukan hal yang langka di negara ini.

Jumlah pendidik bahasa Inggris mungkin dirasa sudah cukup memadai. Namun, yang jadi masalah adalah 'kemampuan' yang dimiliki para pendidik tersebut. Bukan kemampuan dalam hal keilmuan, namun cara pengucapan atau yang biasa kita sebut pronunciation. Saya telah menjumpai beberapa pendidik bahasa Inggris mulai dari guru di instansi-instansi pendidikan sampai dosen yang pronunciation nya masih belum cukup baik. Menurut saya, seharusnya tidaklah sulit bagi orang Indonesia untuk memiliki native-like pronunciation. "Lidah" Indonesia sebetulnya cukup flexible, hanya perlu sedikit pembiasaan dan keseriusan berlatih saja.

Saya merasa selama ini pronunciation dipandang sebelah mata. Padahal, pronunciation jelas merupakan elemen yang cukup penting dalam berkomunikasi. Saya pernah berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan orang Jepang. Sebagaimana yang kita ketahui selama ini, pengucapan bahasa Inggris yang dimiliki orang Jepang mungkin agak sulit dimengerti. Sebagai contoh, ketika beliau mengatakan "with" maka pronunciationnya terdengar seperti "wish" sehingga menyebabkan munculnya misunderstanding antara saya dan orang Jepang tersebut. Memang benar, kita masih bisa mengerti melalui konteks, namun jikasebagian besar pengucapannya tidak sesuai dengan standar, maka konteks nya pun akan kabur, tdak jelas apa yang sebnarnya dibicarakan. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu jalannya komunikasi. Meski kenyataanya pronunciation orang Indonesia masih sangat bisa dimengerti, agaknya kita tetap harus membenahinya.

Hal penting lainnya adalah status guru (termasuk dosen) dalam kelas bukan hanya sebagai penyampai ilmu melainkan juga merangkap sebagai "model" bagi siswa-siswinya. Maka, ketika pronunciation pendidik bahasa Inggris tidak tepat, secra otomatis hal tersebut akan "menular" pada peserta didiknya mengingat salah satu proses belajar adalah "imitasi". Sungguh sangat disayangkan apabila kesalahan pronunciation terus berkembang di Indonesia sehingga pencapaian native-like pronunciation dianggap sangat sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun