Mohon tunggu...
Rumanti HS
Rumanti HS Mohon Tunggu... Guru - Guru

Perempuan yang sedang belajar untuk menjadi seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Adakah Dawai yang Mengalun Merdu

27 Desember 2023   06:19 Diperbarui: 27 Desember 2023   06:45 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kepasrahan hati Charisa telah mencapai titik kulminasi. Ia tidak punya pilihan lain kecuali menerima keadaan yang sama sekali tidak ia inginkan. Satu - satunya alasan mengapa ia tetap bertahan dalam keadaan yang seperti saat ini adalah, walaupun selalu dihadapkan pada permasalahan yang sangat besar, semuanya dapat diatasi dengan penuh perjuangan dan pengorbanan.

Kali inipun ia berusaha mengalah dengan semua sifat dan sikap lelaki itu. Dengan segenap rasa yang remuk redam, ia berusaha untuk tetap berusaha berada di sampingnya. Walaupun pada kenyataannya, lelaki itu masih asyik bercengkerama di luar sana sedangkan malam semakin merambat naik. Yang dipikirkannya, Charisa berusaha untuk menjadi istri yang baik dan setia, seperti apapun keadaan lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Ia berusaha mengabaikan perlakuan lelaki itu pada setiap harinya, kemarin sore, hingga malam hari ini.

Situasi pada kemarin sore berusaha keras dilupakan Charisa saat Wawan menyantap habis kue yang dibelinya sepulang kerja. Tanpa bertanya terlebih dahulu, kue itu disantap Wawan tanpa ampun sambil menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi seperti kebiasaannya setiap hari.

Padahal, hanya kue itulah yang ada di rumah sebagai pengganti makan malam. Juga, kue itu jugalah dimaksudkan Charisa meminum obat yang diberikan dokter sewaktu ia memeriksakan sakitnya tadi.

Dalam kondisi sakit baik raga maupun jiwanya, ia tetap berusaha setia, menungguinya hingga larut malam tiba.

Terdengar pintu depan rumah dibuka kuncinya dari luar, itu pertanda Wawan pulang. Charisa berusaha tetap tenang dan tidur dengan miring ke kanan. Wawan masuk ke kamar mandi, kemudian menuju tempat tidur di mana Charisa berada.

Pada kenyataannya, Wawan justru tidur dengan membelakangi Charisa dan seolah justru terkesan menjaga jarak. Setelah ditunggu beberapa waktu atas sikap Wawan yang demikian, Charisa mencoba menumpang kan salah satu kakinya pada kaki Wawan. Betapa menyakitkan, Wawan justru menarik kakinya dan menggeser tidurnya lebih menjauh dari Charisa.

Okelah, mengingat sikap Wawan yang demikian, Charisa kembali berusaha tidur dengan sikap semula. Ia berusaha ikhlas menerima perlakuan lelaki itu.

Tak terasa, dari Musala sudah terdengar suara muadhin menyuarakan Iqamah tanda salat shubuh berjamaah akan segera dimulai. Charisa membalik tubuhnya, dan tidak menemukan Wawan berada di sana seperti biasanya, Wawan pergi ke musala tanpa mau membangunkannya. Pernah suatu kali membangunkannya, tetap dari luar pintu kamar.

Kini, Wawan memanggilnya, meminta bantuannya karena seluruh tubuhnya merasa lemas dan sulit digerakkan.

"Buk, tolong panggilkan dokter. Tubuhku lemas semuanya dan tidak bisa digerakkan."

Sudut Sepi

27 Desember 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun