Di awal pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi-JK ini banyak kebijakan yang fenomenal, khususnya di bidang pendidikan.
Setelah di awal pemerintahan dulu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi dipisah di dua kementerian berbeda. Dikti di bawah Kemenristekdikti, dan Dikdasmen di bawah Kemendikbud yang dipimpin oleh Anies Baswedan.
Belum lama menjabat, ada kebijakan Mendikbud yang menghentikan penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkannya di bawah 3 semester. Sontak saja kebijakan itu menjadi heboh karena langsung diserang oleh Mendikbud yang melahirkan Kurikulum tersebut, M. Nuh. Padahal, menurut pengamat pakar bidang Pendidikan, Prof Dr Arief Rahman, "Kurikulum 2013 Hanya Perlu Disempurnakan."
Tak lama kemudian, muncul lagi rencana untuk menghapus Ujian Nasional dan menggantikannya dengan Evaluasi Nasional. Apakah bisa menjadi jawaban atas perdebatan penghapusan UN selama bertahun-tahun belakangan ini? Let's see. :)
Dan hari-hari ini, kita dikejutkan lagi dengan rencana Kemendikbud untuk menghapus penggunaan buku ajar yang dicetak dengan kertas itu. Memang bukan sekedar dihapus karena akan diganti dengan tablet yang disebut dengan e-Sabak.
Menyikapi kebijakan (yang juga bakalan jadi berita heboh) ini, seorang wali murid SD di Jakarta mengirim surat di akun FB-nya, "Kalau ingin memberikan tablet sebagai ganti buku pelajaran sekolah untuk saat ini saya yakin akan semakin jomplang perbandingan antara pendidikan di kota besar dengan sekolah yang berada di pelosok-pelosok desa. Bisa-bisa para orang tua muridlah yang akan berbondong-bondong membeli tablet obat sakit kepala saking mumet nya."
[caption id="attachment_345480" align="aligncenter" width="496" caption="Surat terbuka Nophie Frinsta untuk Mendikbud Anies Baswedan seputar e-Sabak"][/caption]
Bagaimana menurut Anda? :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H