Kali ini saya akan membahas tentang demokrasi yang ada di negara kita, Indonesia. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu bentuk demokrasi adalah melakukan pemilu (pemilihan umum) yang dilakukan oleh rakyat. Pemilu berfungsi untuk memilih pemimpin dengan cara menyalurkan aspirasi melalui pencoblosan, pencontrengan dan lain lain. Untuk tahun belakangan ini pemilu dilakukan dengan cara pencoblosan.
Entah mengapa pemilu di Indonesia kurang merata sehingga tidak semua masyarakat bisa mencoblos atau memilih pemimpin mereka secara langsung. Banyak kendala dan alasan mengapa tidak semua masyarakat bisa melakukan pemilu. Contohnya tidak kebagian kartu undangan pemilu, tidak terdaftar di TPS terdekat karena alamatnya masih dirumah yang lama, dan enggan untuk mencoblos karna mereka berpikiran bahwa semua pemimpin sama saja. Karena faktor tersebutlah hasil pemilu tidak signifikan dan kurang adil dimata umum.
Sebelum pemilu, para calon kandidat diberikan kesempatan untuk berkampanye. Salah satu bentuk kampanye misalnya membagikan sembako ke masyarakat, membagikan baju khusus untuk mendukung calon kandidat tersebut sampai-sampai ada yang berani menyuap masyarakatdalam bentuk uang ataupun mengancam. Tapi hal tersebut jarang bisa terbongkar karena sebagian besar mereka yang melakukan tindak larangan tersebut menyembunyikannya dengan sangat rapi bahkan beberapa calon kandidat berkerja-sama untuk menutupi hal tersebut depan publik.
Demokrasi yang berlaku di Indonesia memang kurang sehat, ya beginilah Indonesiaku. Di Indonesia, mereka yang duduk di bangku petinggi dan pejabat diberi fasilitas mewah dan gaji yang besar, namun tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Banyak sekali pejabat yang tertangkap kamera sedang tidur waktu rapat, menonton video porno, tidak sedikit pejabat negara yang bolos dalam rapat, dan banyak pula pejabat yang melakukan study banding keluar negeri dengan menghabisi anggaran pemerintah tapi mereka jalan jalan dengan keluarganya.sungguh mengenaskan memang.
Ketika pejabat berfoya-foya dengan seluruh harta mereka, dilain sisi banyak rakyat yang menderita. Banyak rakyat yang kelaparan, mereka yang hidup di pemukiman, di jalanan tak ada bentuan apa pun dari pemerintah. Seharusnya gaji para pejabat dikurangi dan sisihan gaji tersebut disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan agar kesejahteraan dapat tercipta secara merata. Namun apa boleh buat, inilah negara kita, negara yang hanya mementingkan kalangan atas dan jarang memperhatikan kalangan bawah.
Pernah ada kasus seorang nenek mencuri singkong untuk dirinya dan cucunya yang sedang kelaparan. Nenek tersebut tetap dihukum lantaran pihak PT.Andalas Kertas bersikukuh untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Tapi hakim Marzuki tidak tega untuk menghukum nenek tersebut dengan denda 1 juta akhirnya hakim Marzuki menuturkan bahwa semua yang ada di ruang pengadilan tersebut wajib mengumpulkan 50 ribu per orang untuk membantu membayarkan denda sang nenek. Nenek tersebut pun bebas dan membawa pulang uang 3,5 juta nya. Kasus tersebut memberikan hikmah kepada kita semua bahwa kalangan atas tidak selalu menang dan dengan keadilan serta belas kasihanlah menjadikan kita manusia yang mempunyai hati nurani.
Ya, inilah Indonesia ku, demokrasi jaman skarang pun bisa dibeli, bisa diatur dan dimainkan. Keadilan di negara ini pun bisa di beli, diatur dan dimainkan. Seperti kata pepatah bahwa “ada uang, semua lancar”. Kita sebagai rakyat hanya bisa berharap hukum di negara kita bisa ditegakan. Hanya mereka yang berakal sehatlah yang memakai demokrasi dijalan yang sudah ditetapkan, dijalan yang sudah seharusnya.
Salam UG
2EB05
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H