[caption caption="www.rumah-yatim.org"][/caption]Bukti kepedulian Rumah Yatim terhadap fasilitas ibadah publik dengan berpartisipasi membantu pembangunan Masjid Miftahul Jannah di Desa Klabanan, Sudonohardjo, Sleman, Yogyakarta. Bantuan yang diberikan berupa bahan bangunan semen sebanyak 28 sak. Secara simbolis bantuan ini diberikan di lokasi pembangunan masjid, Desa Klabanan, Sleman, pada Minggu, (27/03) lalu, setelah sholat dzuhur. Dan penyerahan bantuan dihadiri oleh aparat masyarakat setempat yang diwakili oleh RT, Perwakilian DKM Basri, Takmir Masjid Ma’mun, Kepala Rumah Yatim Cabang Yogyakarta Faidzin, dan Kepala Asrama Yogyakarta Mas Nur Arifin.
Kepala Asrama Yogyakarta Mas Nur Arifin mengatakan ketika wawancara telepon, lokasi masjid dekat dengan asrama, yang berada di depannya. Anak-anak asuh pun rutin sholat dan mengaji di sini. “Kebetulan Rumah Yatim dekat masjid ini yang ada di belakangnya, asrama di depannya, warga berbondong-bondong membantu, Rumah Yatim pun ikut andil dan kegiatan anak-anak selama ini diprioritaskan di sana,” katanya
.
Masjid yang letaknya di lingkungan yang cukup strategis memang tak pernah sepi dari jamaah yang datang dari sekitar masjid. Lama kelamaan volume jamaah pun melebihi kapasitas ruangan masjid sampai ke jalan. Bangunan masjid ini hanya memiliki satu lantai saja yang sanggup menampung jamaah dalam jumlah tidak terlalu banyak. “Masjid ini penuh oleh jamaah, sampai-sampai saking banyaknya harus keluar masjid, jadi ya dibangun lagi karena kapasitasnya yang besar,” imbuh Mas Nur.
Sebelum pembangunan dilakukan pihak Rumah Yatim diundang berdiskusi oleh pihak DKM, sebagai lembaga sosial pihak DKM mengajak Rumah Yatim ikut berperan dalam pembangunan ini. Kemudian Rumah Yatim meminta persetujuan pusat terkait hal ini, Rumah Yatim pun membantu dengan bahan bangunan dan disetujui pihak pusat.
Pembangunan dilakukan dengan menghancurkan bangunan lama, dan membangun kembali dari awal dengan menambah lantai (bertingkat) di atasnya. Menyadari kapasitas yang kian bertambah, mereka menyadari agar bangunan harus memadai dan layak bagi jamaah. “Dulu tidak tingkat, jadi sekarang dibangun ulang, di bawah untuk laki-laki dan lantai atasnya untuk perempuan,” ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H