Dibalik kondisi perekonomian dan fisik yang serba kurang, ada sikap istimewa yang membuatnya dihargai banyak orang. Adalah Arwani, laki-laki paruh baya yang sudah puluhan tahun hidup di bawah garis kemiskinan ini tidak memanfaatkan kondisinya dengan menjadi seorang peminta-minta.
Setiap pagi, dengan gigihnya Arwani berjalan kaki puluhan kilo mendorong gerobak butut sembari memungut barang-barang bekas yang bisa dijual. Tempat pertama yang disambangi Arwani adalah asrama Rumah Yatim Tanjung Karang, setiap pagi anak asuh dan Weli selaku kepala asrama selalu melihat Arwani sedang memilah sampah kering.
Arwani yang berpenghasilan Rp. 20.000/hari ini belum bisa memperbaiki gubuknya, ia hanya bisa menguatkan keluarganya agar selalu bersabar.
Mendengar cerita tersebut, timbulah empati Weli untuk membantu meringankan penderitaan Arwani beserta keluarga. Supaya Arwani bisa mendapatkan santunan dari Rumah Yatim, Weli pun menginstruksikan agar besok pagi Arwani membawa beberapa persyaratan seperti fotokopi kartu keluarga , kartu tanda penduduk dan surat keterangan tidak mampu ke asrama.
Esok paginya, Arwani mendatangi asrama sembari membawa persyaratan tersebut. Betapa tertegunnya Arwani ketika melihat Weli membawa dan  memberikan santunan paket sembako kepada dirinya. " terima kasih pak, semoga Allah membalas semuanya," ujar Arwani terharu
Selain Arwani, Weli pun memberikan santunan kepada 3 pemulung lain yang biasa memilah sampah asrama di sore dan malam hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H