"Jadi kedatangan kami kemari tak lain dan tak bukan adalah untuk melamar anak gadis bapak yang jelita ini pak Akbar." Orang tua yang mengaku ayah dari Elang alias Langit itu menyatakan maksudnya setelah lama berbincang dengan papa dan mama. Spontan mama dan papa kaget, karena aku tak pernah menceritakan prihal Langit pada mereka. Tentu ekspresiku lebih kaget lagi mendengarnya, is a dream ? Aku mengigau parau. Dari ujung mata kulirik Elang yang tampak mantap dengan tindakannya. I remember something... Aku mengangkat tubuhku untuk pamit sebentar kebelakang. Aku ingat pernah menyimpan diary kecil di laci meja belajarku yang tak pernah kusentuh lagi setelah lulus SMA dulu. Disana aku pernah menulis sebait doa untuk Tuhan. Setelah lama mencari, buku itu menyembulkan dirinya dibalik jurnal-jurnal besar. Aku langsung membukannya, dan benar saja tulisan itu menghias di lembaran terakhir. Kalimatnya begini : "Tuhan, jika di perkenankan kirimkan aku laki-laki seperti Qurrotaagama yang kutemui sore tadi untuk jadi suamiku. Walau dia sok pintar dengan kebijakan di Rohis tapi aku yakin dia orang yang sangat soleh dan cerdas. Kumohon Tuhan, Pliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiis" Aku tertawa kecil melihat tulisanku empat tahun silam itu. Inikah jawaban dari Tuhan ?
Terkadang Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang salah sebelum mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Hal ini agar kita bersyukur atas semua karunia-Nya...#An_Erdeuny
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H