Mohon tunggu...
Rumah Shine
Rumah Shine Mohon Tunggu... profesional -

Mensosialisasikan pola asuh dan pola komunikasi yang sehat dalam keluarga serta pemberian dukungan bagi keluarga-keluarga yang bermasalah. Bila membutuhkan bantuan untuk konsultasi masalah keluarga, silakan email kami di rumahshine@gmail.com atau cek web kami www.rumahshine.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Anak yang Suka Jajan

21 November 2011   07:16 Diperbarui: 4 April 2017   17:31 5048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ma, besok  aku mau jajan chiki itu ya di sekolah…” Ucap Mira bocah kelas 3 SD sambil menunjuk sebuah tayangan iklan makanan ringan di televisi. Lalu tidak lama kemudian, “Ma, aku juga mau jajan itu besok” sambil menarik tangan mama untuk mengajaknya melihat iklan biscuit yang sedang muncul di layar tivi.  “Ma.. nanti beliin es krim ya. Di kulkas udah habis tuh” seru Mira ketika ada tayangan iklan es krim di televisi.

Di atas adalah beberapa contoh permintaan anak yang acapkali diminta anak. Biasanya itu menjadi alasan mereka untuk menikmati jajan yang mungkin sering kita dengar dalam keseharian. Faktor seperti iklan di televisi cukup besar memberikan pengaruh terhadap jajan anak. Apalagi untuk saat ini, iklan jajanan anak anak begitu bombastisnya muncul dilayar televisi. Saya sendiri pernah melihat seorang anak yang merengek-rengek minta dibelikan susu kotak setelah melihat iklan susu kotak ditelevisi. Selain itu saya juga pernah melihat anak yang menangis meraung-raung minta dibelikan coklat karena melihat temannya itu jajan di warung. Jadi ada banyak cara untuk menarik anak untuk jajan. Tayangan iklan di televisi, gambar di majalah anak, atau karena melihat temannya yang sedan jajan.

Hidup Konsumtif Karena Jajanan

Erat berkaitan dengan masalah ini adalah pengaruh konsumerisme yang bisa melanda diri anak. Tayangan-tayangan iklan untuk menarik minat anak tersebut dikhawatirkan membuat anak akan berlaku konsumtif.. Usaha untuk membangkitkan nafsu konsumerisme anak, bila dibiarkan akan memberi dampak negatif dalam keluarga. Orangtua yang terus membiarkan anak-anaknya menonton sembarang tayangan televisi, tanpa bimbingan dan pengawasan, maka perlahan-lahan membiarkan anak untuk menerima berbagai bentuk iklan untuk menyusup dalam pikiran anak.

Anak sebagai buah hati orangtua memang memberikan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga. Yang menjadi masalah dalam kebahagiaan ini adalah bila orangtua terlalu memanjakan anak sampai memberikan uang jajan yang berlebihan atau mengabulkan semua keinginan anak untuk jajan. Bukan kebahagiaan yang didapat, tapi anak akan berpola hidup konsumtif.

Faktor Anak Suka Jajan

Bagi orangtua yang berekonomi menengah ke atas, tentu tidak masalah jika anaknya hobi jajan. Tapi, bagi mereka yang berpenghasilan tidak seberapa tentu akan menjadi masalah. Uang jajan yang dikasih akan dirasa tidak cukup untuk memenuhi keinginan jajannya.

Ada beberapa faktor mengapa anak suka jajan diluar.

1.Kebiasaan anak jajan di luar rumah mungkin saja, karena apa yang disajikan di rumah tidak menarik baginya. Dalam beberapa kasus yang kami temukan di lapangan, anak jajan di warung karena dia merasa bosan dengan sajian atau menu yang ada di rumah.

2.Kebiasaan mengemil. Bila di rumah sering kali mengemil dan makanan yang dia suka tidak ada, maka anak akan pergi ke warung untuk mencari makanan pengganti untuk cemilannya.

3.Orang tua yang royalbelanja. Anak meniru sifat orangtua yang suka berbelanja makanan. Ditambah bila orangtua jarang memasak dirumah untuk anak akan memberikan cukup alasan bagi anak untuk mencari jajanan diluar.

4.Cukup uang untuk jajan. Orang tuanya terbiasa memberikan uang yang cukup banyak pada anak dan gampang menuruti keinginan anaknya untuk jajan.



Mengatasi anak yang suka jajan tidaklah gampang, apalagi bila itu terpola cukup lama. Dibutuhkan ekstra kesabaran untuk mengurangi nafsu jajan si anak. Tambah lagi dengan adanya pihak lain seperti paman, tante, atau tetangga yang suka memberikan uang jajan  kepada anak supaya mereka bisa dekat dengan anak. Ini secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada anak untuk berlaku konsumtif.

Bagi orangtua yang sudah mengerti tentang bahayanya jajan sembarangan juga harus mengajarkan dan mengingatkan kepada orang terdekat anak untuk membantu orangtua dalam mendidik anaknya supaya berhati-hati dalam menggunakan uang jajan. Orangtua tidak perlu sungkan untuk melakukan itu karena anak adalah tanggungjawab orangtua.


Cara Mengatasi

Tidak ada kiat jitu untuk mengatasi anak yang kecanduan jajan. Mungkin beberapa masukan di bawah ini bisa digunakan oleh para orangtua.

1.Membatasi jajanan anak. Jajanan di luar tidak selamanya menjamin kesehatan. Perlu disosialisasikan bahwa makanan bergizi lebih baik dari pada makanan yang menarik mata untuk sesaat.

2.Memberikan uang jajan sepantasnya buat anak. Jangan biasakan anak berlaku boros. Kalau bisa bekerjasama dengan pihak sekolah atau pengasuh lain yang dirumah untuk mengawasi jenis jajanan yang dijual. Bila anak mau jajan arahkan untuk jajan makanan yang sehat

3.Usahakan membuat panganan sendiri yang sederhana setiap hari dan bisa dibawa anak ke sekolah atau sebagai bekal pengganti anak untuk tidak jajan sembarangan

4.Bila anak menonton televisi, orangtua bisa mendampingi dan menjelaskan tayangan iklan beragam makanan. Bila anak bertanya itu menjadi sarana yang pas untuk berdialog tentang dampak buruk bila sering jajan sembarangan.

5.Arahkan anak untuk bisa menabung uang jajannya dan berikan motivasi untuk membeli sesuatu yang berguna bagi pendidikannya atau untuk kesehariannya.

6.Orangtua harus menjadi contoh hidup. Jangan suka menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan bagi anak. Kasihan anak sudah melihat tapi tidak membeli. Kalau boleh ajak ke perpustakaan atau toko buku sebagai tempat hiburan agar mereka gemar membaca.

Kesimpulan

Kita tahu bila anak-anak sudah sering mengkonsumsi jajanan itu tidak hanya dalam jangka waktu sebulan atau dua bulan, namun bertahun-tahun. Itu bisa  dilakukan selama bersekolah di tempat tersebut atau bisa dilingkungan rumah. Dari penelitian BPOM diketahui, sebagian besar penganan yang dijajakan untuk anak-anak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Untuk pemanis buatan, relatif tak berbahaya. Namun, anak-anak membutuhkan energi yang berasal dari gula alami bukan diganti dengan gula lainnya.

Sebagai orangtua yang bijak, jangan ragu mengatakan,"tidak" atau "jangan" kepada anak. Kata-kata itu hendaknya disertai alasan yang masuk akal. Anak yang kecanduan jajan tidak hanya membahayakan kesehatan dan masa depan anak tapi juga  kehidupan pernikahan kedua orangtuanya. Orangtua bisa ribut gara-gara kebiasaan jajan anak yang sembarangan. Papa salahakan mama karena tidak jaga anak, mama salahkan papa karena kasih uang jajan kebanyakan. Nah kalau sudah begini siapa yang repot?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun