Seperti yang kita ketahui, bahwa hidup dalam dunia ini penuh dengan tantangan dan resiko. Tantangan dan resiko ini berlaku dalam segala jaman. Yang membedakannya adalah situasi dan keadaan pada jaman itu. Seperti situasi ekonomi, situasi politik, sosial, budaya, keamanan, perkembangan teknologi dan sebagainya. Setiap jaman memiliki tingkat kesulitannya sendiri dan itu tidak bisa terpisahkan dalam hidup
Dalam kehidupan berkeluarga, sebagai orangtua kita mempunyai peran tanggungjawab untuk melindungi anak-anak dari serbuan godaan dan tantangan jaman yang memungkinkan anak untuk melakukan hal-hal yang berbahaya bagi hidupnya. Selain itu, orangtua juga memiliki tanggung jawab memelihara untuk membesarkan dan mendewasakan anak-anak sejak lahir, melewatimasa kanak-kanak, masa pubertas sampai dengan masa dewasa, atau dengan kata lain selama mereka masih tergantung pada orang tua. Itu peran yang selalu dimainkan orangtua.
Our Children are Our Future
Sebagai bagian dalam kehidupan mereka, kita menginginkan anak-anak ini bisa tumbuh secara sehat dan positif konstruktif. Anak-anak yang sehat dan hidup secara positif konstruktif memberikan jaminan dan garansi untuk orangtua bahwa mereka tidak akan melakukan tindakan diluar batas moral dan etika yang berlaku dalam masyarakat jaman itu. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Our children are our future” yang berarti anak-anak kita adalah masa depan kita. Karena anak-anak adalah generasi penerus dalam keluarga. Merekalah yang melanjutkan tongkat estafet nilai-nilai dan nama besar keluarga. Bila kemudian anak-anak kita sudah berkeluarga maka itu berarti secara absolut mereka sudah mandiri dan dapat terlepas dari lingkup tanggung jawab orang tua.
Kembali ke dalam masalah peran tanggung jawab, sebagai orangtua biasanya kita ingin melakukan apa saja yang kita bisa lakukan untuk melindungi anak dari bahaya yang mengancam. Orangtua berusaha semaksimal mungkin memberikan perlindungan dan memelihara anak dengan berbagai upaya. Namun di sisi yang lain orangtua juga harus bisa memberikan kebebasan yang dibutuhkan anak untuk menentukan pilihan hidup dan menjadiapa yang mereka cita-citakan. Disinilah perlu kebijaksaan orangtua untuk menjaga keseimbangan antara memberikan perlindungan serta arahan yang tepat dan memberikan kebebasan memilih kepada anak untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang terbuka serta orangtua harus menjadi sumber informasi (jawaban) yang bisa diandalkan oleh anak.
Aktif melakukan komunikasi dengan anak
Banyak issue yang bisa dijadikan topik dalam berkomunikasi. Mulai dari relasi dengan temannya, sekolah, film, musik, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Cari waktu yang tepat untuk berbicara dan sesuaikan dengan kondisi anak. Pilihlah topik yang sesuai dengan pengetahuan dan perkembangan anak. Selalu ajarilah mereka dengan kesabaran, kasih, dan kelembutan, tidak pernah dengan formalitas yang dingin, ketidaksabaran, dan kejengkelan. Secara informal, orangtua harus banyak berbicara dengan anak. Menanyakan pertanyaan yang baik adalah setengah dari pembelajaran. Karena itu orangtua harus mendorong anak-anak untuk menanyakan pertanyaan dengan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan, tidak peduli bagaimana rutin dan konyol pertanyaan tersebut. Selain itu jangan pernah menertawakan pertanyaan apapun atau menyebutnya konyol. Jangan takut untuk mengatakan tidak tahu jawabannya, tapi carilah dan berikan jawabannya. Jadilah orangtua, kakak, ataupun teman mereka, agar mereka merasa aman, juga merasa dimengerti dan mendapat dukungan
Memberikan teladan
Cara yang baik untuk melatih anak-anak adalah melalui teladan hidup orangtua. Ingat bahwa segala instruksi, nasehat, dan perintah kita tidak akan berarti apa-apa bagi anak-anak jika tidak didukung oleh hidup kita sendiri. Misal orangtua mengatakan kepada anak untuk jangan merokok namun setiap hari yang dilihat olehnya si ayah merokok di depannya, itu sama saja bohong. Istilahnya seperti ini "Memberi anak-anak instruksi yang baik, namun memberi teladan yang jelek, adalah semata-mata menunjukkan mereka jalan ke sorga, sementara menuntun mereka ke neraka.”.
Jangan menganggap anak-anak otomatis tahu bagaimana mereka harus bertingkah laku. Jika anak-anak mempermalukan kita di depan umum dengan tingkah laku mereka, seperti bersikap kasar terhadap teman-teman kita dan orang-orang yang berumur (misalnya tidak mau menyapa mereka), ribut di sekolah, tidak sopan di meja makan (misalnya makan dengan bersuara atau mengeluh tentang makanan), atau tidak mau meminjamkan mainan mereka kepada anak-anak yang lain, itu mungkin karena orangtua belum melatih anak-anak untuk bertingkah laku. Semua itu harus diajarkan oleh orangtua secara berkala dengan menjadi teladan. Tugas ini dilakukan dengan bekerja sama, bukan tugas personal.
Yang tidak boleh dilupakan orangtua adalah ini merupakan pembelajaran yang terus menerus dan kita tidak boleh henti-hentinya belajar dan memperbaiki cara mendidik anak. Tidak ada sekolah khusus menjadi orangtua karena setiap orangtua mempunyai anak yang berbeda dengan keluarga lainnya dan tentunya dibutuhkan penanganan yang berbeda dalam mendidik anak. Begitu juga tantangan dan resiko dalam mendidik anak pasti berbeda. Yang bisa dilakukan orangtua adalah melakukan tanggungjawabnya dengan benar.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H