*Keempat*, Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan SMA/SMK dalam mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat dalam waktunya itu masih jauh dari kata target. Sebab dalam target APM tersebut bahwa Pendidikan SMA/SMK pada RPJMD 2019-2023 itu sebesar 95,28%.
Namun, realitasnya capaian tersebut dalam Survei BPS Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret tahun 2023 itu hanya dapat tercapai dengan presentase sebesar 68,04%, artinya jauh dari target.
*Kelima*, Siswa Putus Sekolah SMA di seluruh kabupaten/kota di provinsi NTB berdasarkan Portal Data Kemendikbudristek pada 30 November 2023 itu sebesar 527 siswa. Dari angka tersebut justru di dominasi oleh kaum laki-laki.
Begitu juga di Sekolah SMK sebesar 527 siswa. Dan juga di dominasi oleh kaum laki-laki. Kalau ditotalin semuanya maka siswa putus sekolah pada Pendidikan SMA dan SMK di NTB itu sebesar 1.054 siswa.
Angka yang bukan dianggap main-main, sebab jangan sampai menambah sumbangan pengangguran di NTB.
*Keenam*, Keadaan Sekolah SMA/SMK Menurut Status Sekolah di NTB Tahun 2023/2024 menurut Portal Data Kemendikbudristek pada 30 November 2023 terdapat 215 Ruang Kelas yang mengalami rusak berat. Untuk 1.094 lainnya mengalami rusak ringan. Dengan rusaknya ruang kelas tersebut justru itu akan berdampak pada kualitas pembelajaran.
Jadi saya rasa dalam 6 point tersebut terjadi paradoks dalam penobatan bang Zul sebagai bapak Pendidikan NTB karna keenam point tersebut bermasalah.
Mungkin bisa kita anggap keliru soal penobatan bapak pendidikan NTB bang Zul. Sisi lain juga gagal total dalam mengelola Pendidikan NTB selama masa kepemimpinannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H