Mohon tunggu...
Joko Prawiro
Joko Prawiro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya ingin berbagi tentang rumah kpr

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uniknya Ikatan Persaudaraan di Pasar Tradisional

14 Desember 2014   16:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:20 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Rakyat Rengat

Uniknya Ikatan Persaudaraan di Pasar Tradisional

Kita tentu pernah ke pasar tradisional, atau setidaknya pernah melewatinya. Pasar tradisional saat ini memiliki stigma yang kurang baik, seperti terkesan kotor, kumuh, semrawut, becek hingga masalah keamanannya seperti banyaknya pencopet selalu dijadikan label bagi pasar tradisional ini. Dalam perkembangannya, banyak pasar tradisional yang menjadi sepi dan ditinggalkan oleh pengunjung yang beralih pada pasar modern.

Walaupun kondisinya seperti ini, sampai saat ini pasar tradisional masih memiliki pengunjung setia yang  senang berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional seperti ini masih banyak ditemui di Indonesia, pasar tradisional biasanya berada dekat dengan kawasan perumahan. Pasar tradisional di seluruh Indonesia tetap berusaha bertahan ditengah serangan dari pasar modern.

Di sisi lain, ekspansi pasar modern semakin gencar. Mereka semakin marak dan keberadaannya tidak jarang melanggar jarak minimal yang di atur Perda daerah tempatnya berada. Secara umum, jarak toko swalayan atau minimarket yang memiliki ukuran >200 M2  harus berjarak minimal 400 meter dari pasar tradisional. Sedangkan jarak pasar modern atau hypermarket atau mall dengan ukuran 2.000 M2 harus berjarak minimal 2 KM dengan pasar tradisional.

Pasar Rakyat Rengat - image source from wartariau.com

Walaupun di tengah gempuran pasar modern dan stigma negatif tentang pasar tradisional, mereka tetap bertahan. Karena pasar tradisional punya banyak kelebihan yang tidak dimiliki pasar modern super lengkap sekalipun, yakni hubungan ikatan "persaudaraan" yang terbentuk antara penjual, pembeli dan para petugas pasar. Selain itu, masih banyak keuntungan pasar tradisional yang membuatnya tetap didatangi oleh pembeli yang loyal pada mereka.

Murah
Tidak bisa dipungkiri, walaupun  ditengah derasnya arus impor barang murah yang hanya bisa didapat oleh pasar modern tertentu. Pasar tradisional masih bisa lebih murah. Hal ini dikarenakan sebagian besar barang yang dijual dipasar tradisional didapat dari masyarakat langsung. Di pasar tradisional, kita bisa melakukan tawar menawar harga.

Lengkap
Pasar tradisional menyediakan barang-barang yang sangat lengkap. Mulai dari bumbu-bumbu masakn dan sayuran seperti rempah-rempah layaknya pala, merica, lengkuas, kunyit, jahe hingga barang-barang keperluan sehari-hari seperti pakaian, peralatan sekolah hingga barang elektronik. Di sini kita juga masih bisa menemukan aneka makanan tradisional seperti serabi, ongol-ongol dan kue lainnya yang sudah sulit dijumpai ditempat lain apalagi di pasar modern.

Segar
Bahan pangan yang dijual di pasar tradisional seperti sayuran, buah-buahan hingga daging dan ikan lebih segar dibandingkan dengan tempat lain. Hal ini karena semua barang ini mengalir menuju pasar, walaupun kita juga mesti jeli memilih karena barang kurang layak juga ikut mengalir kepasar. Tidak terlalu sulit untuk memilah mana yang segar dan bagus dengan yang kurang layak karena barang-barang  ini tidak disimpan dalam lemari pendingin yang bisa membuat mereka "terlihat segar" dari luar walaupun rusak.

Hemat waktu
Kita tidak perlu mengantri di kasir untuk membayar barang yang kita beli. Berbeda dengan pasar modern yang pelanggannya banyak dipusingkan masalah antrian panjang saat ingin membayar barang yang mereka inginkan. Selain itu juga cukup dekat dengan lokasi rumah kita.

Membantu UKM Kecil
Seperti sudah dibahas sebelumnya, barang-barang yang dijual di pasar tradisional sebagian besar berasal dari usaha kecil dan UKM masyarakat. Dari para petani dan peternak kecil, hingga para pembuat kue tradisional yang skalanya memang termasuk usaha mikro. Berbeda dengan pasar modern yang mendapat sebagian besar barang dagangannya dari impor barang murah yang murahan dan kurang berkualitas. Sebut saja gula rafinansi yang "justru" dijual sebagai gula pasir ternama, barang-barang yang tidak laku dinegara lain dipajang secara eklusive di rak-rak pasar modern. Sangat sedikit UKM apalagi usaha rumah tangga yang mampu masuk kedalam pasar modern.

Dan dibalik semua keuntungan dan kemampuan bertahan pasar tradisional dari pasar modern, terdapat hal yang unik yang hanya bisa ditemukan pada pasar tradisional. Yaitu kuatnya ikatan hubungan antar para pedagang dengan pembeli. Kuatnya hubungan inilah yang membuat pembeli tetap royal datang ke pasar, meski ditengah banyaknya kekurangan. hubungan ini terbentuk karena intensnya interaksi yang mereka lakukan. Tidak jarang juga berawal dari tawar-menawar yang terjadi, walau terkadang berjalan cukup alot. Namun pada akhirnya membuat mereka saling mengenal.

Hingga saat ini, sebagian besar pasar tradisional masih bertahan ditengah berbagai gempuran. "Hukum pasar" masih mampu mengatasi persaingan dari pasar modern. Namun yang justru banyak membuat pasar tradisional sepi bahkan tutup, bukanlah berasal dari persaingan ini. Namun karena banyaknya kebijakan relokasi dan renovasi pasar. Tidak dapat dipungkiri, banyak relokasi pasar tradisional yang justru mematikan pasar tersebut. Begitu juga dengan renovasi yang biasanya diawali dengan "kebakaran", dan saat pasar selesai direnovasi harganya tidak terjangkau oleh para pedagang pasar yang lama.

Tentu kita berharap supaya pasar tradisional bisa tetap bertahan, dan juga dengan disertai perbaikan kekurangannya. Semoga juga para pedagang pasar ini, memiliki akses menuju dunia perbankan hingga bisa memperbesar modal mereka. Hingga saat kita berbelanja disana, kita bisa berbelanja dengan nyaman, intens, saling berinteraksi. Semoga kebijakan-kebijakan relokasi dan renovasi kedepan, tidak beralasan pada kemacetan dan berbagai kepentingan semata. Namun benar-benar untuk kebaikan dan meramaikan kembali pasar tradisional tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun