Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rumah Kayu, 30 Years Later ( A Science Fiction )

8 Januari 2012   05:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_154576" align="aligncenter" width="388" caption="Ikan Hiu ( Shark ). Foto: ngm.nationalgeographic.com"][/caption]

* bagian ke-7 dari 10 rangkaian tulisan *

Petang seperti berlari... PRADIPTA menguap pelan, menyeka matanya yang terasa berat. Akhirnya selesai juga. Selang dua jam terakhir dia berteleconference dengan empat teman yang berdomisili di empat negara berbeda. Seperti biasa mereka berdiskusi, saling debat dan akhirnya saling canda. Bertelecon ria merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan Pradipta menjelang petang hari. Petang hari merupakan saat di mana dia mengerjakan tugas kantor. Dan terimakasih untuk teknologi, sehingga dia tak perlu ke kantor. Dia menutup smartbooknya (smartbook adalah pengembangan terbaru dari notebook jaman sekarang, hehe) dan beranjak ke ruangan sebelah. Anaknya yang sulung, Dhanapati, seperti biasa sedang asyik berselancar di dunia maya. Dia mengenakan kacamata tiga dimensi (3D), dan tangannya digerak-gerakkan memencet tombol virtual. Si bungsu Kiran sedang asyik belajar bagaimana 'menunggang' skateboard dengan hologramsport. Kedua tangannya terentang mengatur kesembangan. Kadang-kadang dia terlihat seperti melompat. Bahkan pernah dia terjatuh!! Pradipta memasang kacamata 3D-nya dan mengamati apa yang dilakukan si sulung. Dhanapati adalah pecinta binatang sejati, dan hampir setiap hari waktunya dihabiskan untuk mencari tahu seluk beluk hewan, yang memang hanya bisa ditemui di dunia maya. Sebagian besar gambar hewan hanyalah rekonstruksi dokumentasi, karena di dunia nyata mereka sudah punah. "Pa, kenapa sih ikan hiu bisa punah? Juga ikan lumba-lumba?" Si sulung tiba-tiba bertanya. Dan Pradipta tiba-tiba merasa dadanya sesak. Ikan hiu terakhir, jenis hiu putih dilaporkan mati dua tahun lalu. Kematian hiu putih terakhir ini sempat menimbulkan kehebohan. Nasib hiu memang lebih menyedihkan dibanding ikan paus. Seingatnya dewasa ini masih ada tujuh ikan paus yang hidup di sebuah konservasi di kepulauan Hawaii. "Punahnya ikan hiu, juga sejumlah hewan lain, karena keteledoran di masa lalu," kata Pradipta pelan. "Mereka diburu, baik untuk disantap, maupun untuk keperluan lain. Banyak jenis hiu yang bayinya ditangkap dan diperdagangkan. Dimasak di restoran mewah. Padahal ikan hiu, sama halnya dengan jenis ikan lain seperti kerapu, perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadi dewasa. Tapi saat itu banyak yang tak peduli. Masalah perut dan ekonomi masih dianggap lebih tinggi dibanding kelestarian. Dan akhirnya semua sadar ketika terlambat. Ikan hiu punah. Juga ikan kerapu, lumba-lumba dan berbagai hewan lainnya..." Pradipta membuka kacamata 3D-nya. Bicara tetang hiu membuat ingatannya melayang jauh. Jauh sekali ke masa lalu. Ketika dia masih kanak-kanak. Ketika pembicaraan tentang hiu membuat kedua orang tuanya berantem. Pradipta masih mengingat dengan jelas karena itu pertama kalinya ibu dan ayahnya berselisih. Diam-diaman. Padahal penyebabnya sepele. Dia minta dibelikan daging ikan hiu. Menu ikan hiu bukan hal aneh bagi mereka. Ibunya tahu dimana kompleks penjualan daging hiu. Ibunya juga tahu di mana supermarket yang menjual. Di luar dugaan, ayahnya, Kuti tiba-tiba mengatakan agar mereka mempertimbangkan lagi keinginan untuk membeli daging ikan hiu. "Aku barusan tau, ikan hiu ternyata termasuk hewan yang sebaiknya tidak dikonsumsi," begitu kata ayahnya waktu itu. Sang ibu, Dee, meradang dan membantah. Apa salahnya membeli sekerat daging hiu? Bukankah bukan hanya mereka yang suka menyantap ikan hiu? Pradipta ingat, ayahnya tak menjawab. dan mereka kemudian saling berdiam diri. Pradipta yang merasa tidak enak akhirnya menyepi sejenak ke rumah tante Hes... Jam tangan Pradipta tiba-tiba bernyanyi. Sebuah gambar perempuan muncul. Ibunya. "Halo Dipta, ada di rumah? Aku dan papamu masih di jalan. Bentar lagi pulang...." Pradipta tersenyum dan mengangguk. Setelah pensiun dari kerja kantoran, ayah dan ibunya menekuni dunia penerbitan. Setelah buku tak lagi dilirik, orang tuanya beralih menerbitkan buku digital, dengan mengambil lisensi kindle-nya Amazon dan ipad-nya Apple. Dan setahun terakhir kedua orang tuanya punya kesibukan baru: kopdar, dengan sesama blogger yang juga sudah berumur. Dulu, orang tuanya memang tak sempat ikut kopdar karena sibuk. Kini mereka menebusnya dengan mengikuti semua agenda kopdar. Bahkan bulan lalu rumahkayu menjadi tuan rumah. Dia mendengar bunda dan papanya tertawa-tawa dengan beberapa teman, mengenang masa lalu ketika mereka saling beradu argumen terbuka di blog... Lamunan Pradipta terhenti ketika dia mendengar jeritan Kiran. Putri bungsunya lagi-lagi terjatuh.... p.s Posting ini merupakan dampak terlalu sering menonton 'scifi channel', hehehehe.... referensi soal ikan hiu diambil dari wwfindonesia Bagian sebelumnya dari serial ini ada di sini ( bersambung )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun