Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mimpi yang Menjadi Nyata: Pertukaran Pemuda ke Jepang

3 April 2014   07:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Ibu, aku dapat program ke Jepang-nya. "

BEGITU sms yang masuk ke dalam telepon genggamku suatu siang.

SMS itu datang dari anak sulungku. Seorang gadis remaja, mahasiswi fakultas teknik, yang semenjak masuk peguruan tinggi tinggal di kota lain.

Duh, aku begitu senangnya menerima kabar itu, dan reaksi spontanku adalah: banjir air mata.

Ha ha. Ah, aku memang selalu begitu.

Aku ingat saat dia TK dulu, dia lomba lari dan memasukkan pensil ke dalam botol -- pensilnya diikat dengan tali ke pinggangnya. Saat dia berhasil melakukan itu lebih cepat dari kawan- kawannya, aku diam- diam mengusap mataku yang basah di koridor di depan ruang kelas TK.


Ada banyak saat lain ketika aku bereaksi dengan cara yang sama. Daftarnya akan sangat panjang jika semua kuceritakan disini.

Tapi yang bisa kuingat salah satunya adalah saat mendapat berita dia diterima di perguruan tinggi impian, di jurusan yang dia idam- idamkan tanpa testing. Aku sedang berada di kendaraan umum ketika itu dan menjadi sibuk menyembunyikan air mata yang terus mengalir agar tak terlihat orang- orang di sekitarku.

Pengumuman penerimaan di perguruan tinggi melalui jalur undangan tanpa testing itu terjadi lebih awal sebelum ijazah SMA-nya dibagikan. Dan ternyata, air mata haru dan bahagiaku masih mengalir (lagi) saat aku hadir dalam upacara penyerahan ijazah bagi para murid kelas 3 SMA yang baru saja lulus.

Anak sulungku merupakan salah seorang diantara murid- murid yang akan menerima ijazah hari itu. Dia memberiku kejutan ketika dia ternyata duduk di deretan depan, terpisah dari teman- teman sekelasnya, dan lalu dengan gaya yang sangat ringan menjawab pertanyaanku tentang mengapa dia duduk disana.

” Itu kursi untuk murid berprestasi, bu, ” anakku tersenyum lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun